Senin, 07 Maret 2011

PMA

KAJIAN TEORI


1. Kejelasan Tampilan Visual
Tampilan visual akan efektif dalam penyampain pesan jika peserta didik dapat dengan jelas melihat kata-kata, gambar, diagram, tabel dan apapun yang ada dalam tampilan.
2. Energi yang dibutuhkan untuk menginterpretasi pesan
Tujuan digunakannya tampilan visual adalah untuk mempermudah proses penyampaian pesan. Oleh karena itu tampilan visual haris diupayakan sedemikian rupa agar peserta didik tidak perlu mengeluarkan terlalu banyak usaha untuk dapat memahami pesan yang disampaikan. Untuk itu, tampilan visual dapat dikembangkan denagan mendiptakan pola dasar, menjaga konsistensi dan menggunakan kombinasi warna yang harmonis.
3. Keterlibatan aktif peserta didik dalam menyampaikan pesan
Dalam tampilan visual perlu dilakukan upaya yang khusus untuk memberikan daya tarik tersendiri. Berikut ini terdapat empat pendekatan yang dapat membantu peningkatan daya tarik tampilan visual.
a. Mengupayakan kebaruan.
b. Memilih gaya yang sesuai denagn karakteristik pederta didik.
c. Menggunakan warna yang menarik untuk mendapatkan perhatian.
d. Menggunakan tekstur dan faktur interaktif
4. Fokuskan perhatian pada tampilan visual
Untuk memfokuskan tampilan peserta didik dapat dilakukan dengan dua hal adalah sebagai berikut:
a. Sinkronisasi pola desain.
b. Member bimbingan direktif.

A. Pengembangan tampilan visual
Dalam pengembangan tampilan visual ada tiga variable yang perlu diperhatikan, yaitu
1. Elemen
Dalm pengembangan tempilan visual bentuk cetak dimulai dengan mengumpulkan pictorial dan elemen teks yang akan dimunculkan dalam tampilan. Elemen ditentikan dengan analisis instriksional yang terlebih dahulu dilakukan. Elemen dapat dibedakan menjadi dua yaitu elemen visual dan elemen verbal. Selain itu ada juga elemen yang dapat menimbulkan daya taeik tampilan yaitu denagan surprise, tektur untuk memunculkan kesan tiga dimensi, interaksi peserta didik denagn tampilan.
2. Pola
Setelah memuuskan elemen yang akan digunakan, kemudian menyusun pola dan dihaluskan sedemikian rupa sehingga pesrta didik dapat diarahkan untuk melihat tampilan. Factor yang dapat mempengaruhi tampilan utuh adalh aligment dan elemen,mbentuk, keseimbangan, dan warna.aligmen merupaka menunjukkan pengaturan letak elemen sementara itu bentuk-bentuk yang sudah dikenal dapat dimanfaatkan untuk memposisikan elemen.
3. Pengaturan
Setelah selesai dengan bentuk utuh tampilan, langkag berikutnya adalah menyusun semua elemen sesuai denagn pola yang telah dipilih. Ada empat faktor yang perlu diperhatiakn dalam pengaturan yaitu kedekatan, petunjuk, kontras, dan konsistensi. Kedekatan berkaitan dengan asumsi peserta didik bahwa elemen yang diletakkan berdekatan mempunyai hubungan erat dan elemen yang diletakkan menjauh tidak mempunyti hubungan.
B. Pengembangan dan pemanfaatan Story Board dalam pembalajaran
Story board merupakan salah satu cara yang praktis digunakan pada saat kita merencanakan mengembangkan satu set tampilan visual.
Story board sering digunakan karena memberikan fleksibelitas dalam proses pengembangan serial tampilan visual. Story board bermanfaat untuk beberapa hal, antara lain:
1. Mengurutkan informasi.
2. Pratek penarikan kesimpulan.
3. Membuat perencanaan.
Secara fisik bentuk stori board adalah permukaan dimana pada permukaannya dapat melihat tempelan tampilan visual yang yang akan digunakan. Teknik story board memungkinkan dilakukan penambahan, penguranagn, penggantian, perbaikan, maupun simulasi urutan karena kartu-kartu dapat dipindahkan dengan mudah. Ada tiga kemungkinan yang dqapat dilakukan untuk kartu stori board:
1. Dibuang
2. Diedit
3. Disusun ulang
C. Pembuatan papan story board
Papan story board dapat dibuat dari teakwood, plastic, atau bahan lain yang kuat. Berikut ini factor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan format papan story board.
1. Tujuan
2. Mekanisme kerja
3. Durasi pengembangan

SILABUS dan RPP

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
`Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses belajar dan mengajar.
Untuk itu, banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah, karena sebagian besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan, silabus, dan RPP dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
Dalam situasi demikian peran pengawas sangat diharapkan. Pengawas sharusnya memberikan dorongan sekaligus membimbing para kepala, wakil kepala sekolah, guru, dan komite sekolah untuk mengembangkan KTSP, silabus, dan RPP sebagai bagian tak terpisahkan. Di sekolah-sekolah harus dikembangkan tradisi baru, yaitu bukan hanya bekerja keras, namun juga berpikir keras untuk menyahuti otonomi dan kewenangan yang telah diberikan pemerintah.
B. Rumusan Masalah
Dari makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan silabus?
2. Apa yang dimaksud dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)?
3. Bagaimana bentuk format Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan Apa yang dimaksud dengan silabus.
2. Mendeskripsikan Apa yang dimaksud dengan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Mendeskripsikan Bagaimana bentuk format Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
D. Manfaat
1. Mengetahui tentang Silabus.
2. Mengetahui tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Mengetahui tentang format Silabus dan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).







BAB II
PEMBAHASAN

A. SILABUS
1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian BSNP (dalam Depdiknas, 2008).
Menurut Depdiknas (2006) Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. apa kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok;
2. bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman belajar beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan; dan
3. bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
Menurur Yahya Nursidik (www. apadefinisinya.blogspot.com: 2009) bahwa Silabus adalah
1. Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran (salim, 1987:98)
2. Merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajara dan penilaian yang disusun secara sitematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar (Yulaelawati,2004:123)
3. Salah satu rancangan kurikulum pembelajaran.
4. Merupakan ringkasan isi komponen-komponen kurikulum
5. Penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan pokok-pokok/uraian materi yang harus dipelajari siswa ke dalam rincian kegiatan dan strategi pembelajaran, kegiatan dan strategi penilaian, dan alokasi waktu per mata pelajaran per satuan pendidikan dan per kelas.
6. Salah satu tahapan pengembangan kurikulum, khususnya untuk menjawab “apa yang harus dipelajari?”
7. Merupakan hasil atau produk pengembangan disain pembelajaran, seperti PDKBM, GBPP, dsb.
2. Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus dalam Depdiknas (2006) dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendikan.
a. Guru
Sebagai tenaga profesional yang memiliki tangung jawab langsung terhadap kemajuan belajar siswanya, seorang guru diharapkan mampu mengembangkan silabus sesuai dengan kompetensi mengajarnya secara mandiri. Di sisi lain guru lebih mengenal karakteristik siswa dan kondisi sekolah serta lingkungannya.
b. Kelompok Guru
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.

c. Kelompok Kerja Guru (MGMP/PKG)
Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
d. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing.
Dalam pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di Depatemen Pendidikan Nasional.
3. Prinsip Pengembangan Silabus
Prinsip pengembangan silabus menurut Depdiknas (2006) dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
Prinsip pengembangan silabus menurut Yahya Nursidik (www. apadefinisinya.blogspot.com: 2009) dapat didefinisikan menjadi tiga bagian.
a. Ilmiah
Materi pembelajaran yang diberikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran secara ilmiah. Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa Cakupan,kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologis siswa.
b. Sistematis
Silabus dianggap sebagai suatu system sesuai konsep dan prinsip system, penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, sejalan dengan pendekatan system atau langkah-langkah pemecahan masalah.
c. Relevansi,Konsitensi, dan Kecakupan
Dalam penyusunan silabus diharapkan adanya kesesuaian, keterkaitan, konsitensi dan kecakupan antara standar kompetensi, kompetnsi dasa, materi pokok, pengalaman belajar,system penilaian dan sumber bahan(DepDIknas, 2004:11)

4. Tahap Pengembangan Silabus
Tahap pengembangan silabus menurut Depdiknas (2006) dibagi menjadi enam bagian yaitu:
a. Perencanaan
Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti multi-media dan internet.
b. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan penyusunan silabus perlu memahami semua perangkat yang berhubungan dengan penyusunan silabus, seperti Standar Isi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang bersangkutan dan Standar Kompetensi Lulusan serta Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
c. Perbaikan
Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pengkaji dapat terdiri atas para spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf profesional dinas pendidikan, perwakilan orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.
d. Pemantapan
Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria dengan cukup baik dapat segera disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan komunitas sekolah lainnya.
e. Penilaian Silabus
Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan model-model penilaian kurikulum.

5. Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangya komponen-komponen berikut ini:
a. Identifikasi
b. Standar Kompetensi
c. Kompetensi Dasar
d. Materi Pokok
e. Pengalaman Belajar
f. Indikator
g. Penilaian
h. Alokasi Waktu
i. Sumber/Bahan/Alat
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1. Pengertian RPP
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus (www.rppsilabus.wordpress.com: 2009).
Yahya Nursidiq www.(apadefinisinya.blogspot.com : 2009) menjelaskan tentang pengertian RPP dapat dideskripsikan menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
a. Perkiraan atau proyeksi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran
b. Rencana yang mengambarkan prosedur dan pengoraginasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dlam silabus.
c. Pembelajaran adalah proses yang ditata dan diatur menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan.

d. RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
Sedangkan menurut kiranawati (www.gurupkn.wordpress.com: 2007) bahwa RPP adalah penjabaran silabus yang menggambarkan rencana prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.
2. Landasan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20: “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar” (Depdiknas, 2008).
3. Unsur Pokok Pengembangan RPP
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam RPP dalam depdiknas (2008) meliputi:
a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan waktu/ banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak dicapai.
c Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
d Kegiatan pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).
e Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
f Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
Prinsip pengembangan silabus menurut yahya Nursidik (2009) dibagi menjadi beberapa bagian yaiotu:
a Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
b Mendorong partisipasi aktif peserta didik
c Mengembangkan buadaya membaca dan menulis proses pembelajaran
d Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
e Keterkaitan dan keterpaduan
f Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
5. Tujuan Dan Manfaat RPP
Tujuan dari penyusunan RPP menurut Yahya Sidik (2009) adalah:
a Memberikan landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indicator
b Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek
c Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa
d Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat terhadap nurturant effect
6. Prinsip Penyusunan RPP
Prinsip penyusunan RPP menurut Yahya (2009) digolongkan menjadi beberapa bagian:
a Spesifik
b Operasional
c Sistematis
d Jangka pendek (1-3 kali pertemuan)
Sedangkan prinsip penyusunan RPP menurut Depdiknas (2008) RPP pada dasarnya merupakan kurikulum mikro yang menggambarkan tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran, kegiatan belajar, dan alat evaluasi yang digunakan. Efektivitas RPP tersebut sangat dipengaruhi beberapa prinsip perencanaan pembelajaran berikut:
a. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kondisi siswa.
b. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
c. Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan waktu yang tersedia
d. Perencanaan pembelajaran harus merupakan urutan kegiatan pembelajaran yang sistematis.
e. Perencanaan pembelajaran bila perlu lengkapi dengan lembaran kerja/tugas dan atau lembar observasi.
f. Perencanaan pembelajaran harus bersifat fleksibel.
g. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan/kompetensi, materi, kegiatan belajar dan evaluasi.
Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan landasan dalam penyusunan RPP. Selain itu, secara praktis dalam penyusunan RPP, seorang guru harus sudah menguasai bagaimana menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator,bagaimana dalam memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar, bagaimana memilih alternatif metode mengajar yang dianggap paling sesuai untuk mencapai kompetensi dasar, dan bagaimana mengembangkan evaluasi proses dan hasil belajar (Depdiknas, 2008).

C. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus
1. Format Silabus
Dalam menyusun silabus, penyusun silabus dapat memilih salah satu model format di antara beberapa format berikut ini.
Format 1
SILABUS
Nama Sekolah:……………………………………………….
Mata Pelajaran:……………………………………………….
Kelas/Semester:…………… / ……………………………….
Standar Kompetensi: ……………………………………….......

Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/
Alat




Format 2
SILABUS
Nama Sekolah: …………………………………………………
Mata Pelajaran: …………………………………………………
Kelas/Semester: …………… / ………………………………..

Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/
Alat



Format 3
SILABUS
Nama Sekolah: …………………………………………………
Mata Pelajaran: …………………………………………………
Kelas/Semester: …………… / ………………………………..
I. Standar Kompetensi : ...
II. Kompetensi Dasar : ...
III. Materi Pokok : ...
IV. Pengalaman Belajar : ...
V. Indikator : ...
VI. Penilaian : ...
VII. Alokasi Waktu : ...
VIII. Sumber/Bahan/Alat : ...

2. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

PENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelasw/Semester :
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Alokasi Waktu :
1. Tujuan Pembelajaran
2. Materi Pembelajaran
3. Metode Pembel;ajaran
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
b. Kegiatan Inti
c. Kegiatan Akhir
5. Media Pembelajaran
6. Sumber belajar
…….., ………………….
Mengetahui Guru Mta Pelajaran
Kepala Sekolah



Arif Kurniawan
NIP ……………………… NIM A310070137


BAB III
KESIMPULAN
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajarSedanglan RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.
Antara RPP dan Silabus memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar karena dengan adanya RPP dan Silabus akan lebih mudah seorang guru dalam menentukan meteri yang akan diajarkan sehingga sesuai dengan SK dan KD.






DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Model Pengembangan Silabus. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum.
Kiranawati. 2007. Buku Saku KTSP (5). http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/21/buku-saku-ktsp-5/. Diakses 17 Maret 2010.
Nursidik, Yahya. 2009. Deskripsi Rancangan Silabus atau Rancangan Silabus. http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/deskripsi-rancangan-silabus-atau.html. Diakses 17 Maret 2010.
Nursidik, Yahya. 2009. Deskripsi Rencana Pelaksanaan pembebelajaran http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/deskripsi-rencana-pelaksanaan.html. Diakses 17 Maret 2010.
Supinah. 2008. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Matematiika SD dalam Rangka Pengembangan KTSP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika
.2009. PengertianRPP. http://rppsilabus.wordpress.com /2009/03/04/ landasan-rpp/. Diakses 17 Maret 2010.

BATIK

TEKA-TEKI SERAGAM BATIK

Lembaga pendidikan merupakan suatu wadah atau tempat untuk mendidik dan menjadikan anak didik menjadi orang yang berguna baik kepada orang tua bangsa dan Negara. Kita sebagai calon pendidik kelak akan menjadi contoh bagi anak didiknya , maka seorang pendidik harus belajar bagimana menerapkan kedisiplinan bagi diri sendiri terutama sesuatu yang dapat dilihat secara langsung seperti dalam bertingkahlaku maupun dalam berpakaian sebelum menerapkan kedisiplinan itu kepada anak didiknya.
Dalam pengadaan seragam PGSD menimbulkan berbagai polemik baik pro dan kontra, ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju. Menurut pendapat para mahasiswa PGSD tentang pengadaan seragam.
Pada dasarnya pengadaan seragam batik, sebenarnya bukan hanya diterapkan untuk jurusan PGSD saja tetapi untuk seluruh mahasiswa FKIP, sebab dengan pengadaan seragam batik akan menjadikan ciri khas dan identitas diri bagi calon pendidik dan sekaligus juga sebagai wujud pelestarian budaya dan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya, khususnya kota solo yang terkenal akan kota budaya (Solo The Spirit of Java) . Akan tetapi karena program jurusan PGSD adalah program baru maka pengadaan seragam batik hanya dterapkan pada jurusan PGSD saja. Pengadaan seragam batik merupakan himbauan dari Ketua Jurusan (Kajur) yang ditujukan untuk mahasiswa PGSD. Dari Kajur memberikan keputusan ini lewat organisasi jurusan yaitu HMP untuk sisampaikan kepada seluruh mahasiswa. HMP disini sebagai jembatan penghubung penyalur aspirasi dari mahasiswa kepada kajur dan dari kajur kepada mahasiswa. HMP diberikan wewenang sepenuhnya untuk mengelola pengadaan seragam PGSD, ujar Hasan selaku mahasiswa PGSD.
Menurut Hasan Askari mahasiswa semester 6, pengadaan seragam batik sangat setuju karena seragam batik akan menjadi ciri khas dan identitas tersendiri bagi kita khususnya sebagai calon pendidik, dan juga unjuk melestariakan budaya sendiri.
Adi mahasiswa semester 4 berpendapat bahwa pengadaan seragam PGSD baik batik maupun hitam putih, dia setuju karena seragam batik melambangkan budaya. Jika kita mamakai seragam batik maka kita membudayakan budaya kita sendiri supaya tidak punah serta dapat menimbulkan rasa cinta terhadap budaya khususnya batik. Sedangkan menurut Fathul Mubin mahasiswa semester 4, ia tidak setuju dengan pengadaan seragam batik PGSD karena setiap mahasiswa hanya mempunyai satu seragam batik saja, seandainya seragam batik itu basah karena kehujanan atau rusak karena sebab yang lain maka tidak ada gantinya, padahal untuk seragam batik karus dipakai setiap perkuliahan khususnya pada hari selasa dan kamis.
Seragam untuk progdi PGSD yang lazimnya pada hari senin dan kamis memakai pakaian putih dan rok hitam, ada akan diganti dengan seragam PSH. Keputusan ini menjadi pro dan kontra dikalangan mahasiswa PGSD. Banyak yang menilai penggunaan PSH sebaiknya digunakan saat sudah menjadi guru atau PNS saja. Namun kalangan yang pro dengan peraturan baru ini menyambut baik hal ini.
Kepala jurusan sendiri sepenuhnya mempercayakan masalah seragam kepada HMP (Himpunan Mahasiswa Progdi). Ketua HMP pun sudah menyetujui penggunaan seragam PSH untuk menggantikan seragam putih hitam yang lama. Pemberlakuan peraturan baru tentang seragam ini akan diberlakukan pada semester genap mendatang Diharapkan dengan menggunakan seragam PSH seperti yang dipakai oleh para guru dalam perilakunya dapat mencerminkan seorang guru.
Berdasarkan hasil rapat Sabtu (11/07) di utara gedung I menghasilkan keputusan tentang pengadaan seragam batik untuk Mahasiswa Baru PGSD angkatan 2009/2010. Keputusan yang dihasilkan sebagai berikut :
1. Pembayaran gelombang 1 dilakukan tanggal 13, 22, 31 Juli 2009 di Stand Pendaftran PPA Mahasiswa Baru PGSD UMS.
2. Pembayaran gelombang 2 dilakukan tanggal 10 – 19 Agustus 2009 di Cafe PGSD (Saat PPA & Masta Mahasiswa Baru, HMP PGSD UMS mengadakan Stand Cafe)
3. Harga kain baju batik => 2 m => Rp 40.000,- (Rp 20.000,-/ meter)
4. Harga kain celana => 1,5 m => Rp 39.000,- (Rp 26.000,- / meter)
5. Pengambilan bakal seragam tanggal 20 Agustus 2009 (Setelah PPA) atau tanggal 21 Agustus 2009 (pukul 07.00 – 12.00 wib).
Program studi PGSD,ada satu aturan baku yang tidak boleh dilanggar,salah satunya adalah seragam. Untuk memangapi aturan ini sengaja dibuat untuk membentuk pribadi mahasiswanya,karena sebagai calon guru SD,kepribadian sangatlah penting karena guru SD adalah pendidik yang sangat berperan dalam pembentukan karakter anak. Selain itu,diharapkan juga dengan adanya seragam ini,tingkah laku mahasiswa juga terjaga karena ada beban moral untuk menjaga nama baik PGSD. Program pemakaian seragam ini telah disetujui oleh pimpinan fakultas dan telah dirapatkan dengan para dosen.

Kesepakatannya adalah sebagai berikut :
1. Hari senin dan rabu,atasan putih,bawah hitam.
2. Hari selasa dan kamis,memakai seragam batik yang telah ditentukan.
3. Jumat dan sabtu berpakaian bebas sopan.
Pemilihan batik disesuaikan dengan budaya kota solo,sedangkan hitam putih merupakan kesepakatan bersama. Untuk jumat dan sabtu diberikan kebebasan agar tidak kehilangan identitas diri.

SASTRA

“PERLUNYA PEMBENAHAN DALAM PEMBELAJARAN SASTRA”

Dalam pandangan Putu Wijaya, era 1945 merupakan masa ideal bagi pertumbuhan sastra Indonesia. Saat itu, lahir sekaligus eksponen penyair dan kritikus sastra yang kuat. Sinergi mereka menciptakan iklim sastra yang dinamis dan progresif. Dalam hal ini, Chairil Anwar dan HB Jassin menjadi ikon paling tipikal. Chairil mendobrak kecenderungan sastra Pujangga Baru yang penuh bunga-bunga kata. Sajak-sajaknya plastis dan mengusung aforisma. Dia hadirkan dari kata demi kata. Tak hanya itu karya-karya Chairil juga member saham bagi kemajuan bahasa Indonesia.
HB Jassin hadir dengan kritik yang cerdas dan bernas. Tokoh berjuluk Paus Sastra Indonesia itu menjadi semacam batu asah yang manajamkan mata pisau estetis Chairil dan sastrawan seangkatannya. ‘Selepas angkatan 1945, sastra Indonesia kehilangan kritikus yang teliti dan mumpuni seperti HB Jassin. Kondisi ini tak memenihi prasyarat dari kelahiran iklim sastra yang ideal,” kata Putu Wijaya dalam diskusi” ‘ Membuka Tabir Dunia dengan Sastra: Telaah Jejak Para Inspirator’.
Sejatinya ujar Putu Wijaya banyak sastrawan sekelas Chairil Anwar yang lahir sesudahnya, misal Sutardji, Calzoum Bachri atau WS Rendra. Namun ketiadaan kritikus andal membuat eksistensi mereka tak melampaui luar biasa. Masyarakat seperti dibutakan oleh para kehadiran para pendobrak itu. ‘Sastra Indonesia dikatakan sehat jika masyarakat mendukung terpenuhi, antara lain antara sastrawan, karya, kritikus, penerbit, apresiasi dan proses pembelajaran.
Disisi lain, metode pembelajaran saat ini juga punya andil. Secara ekstrim, Putu Wijaya ada yang salah dalam system pembalajaran sastra. Di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa memperoleh porsi yang lebih ketimbang sastra. Pengajaran pun berlatarkan pendidikan linguisti. Butuh metode baru untuk merubah keadaan (Suara Merdeka. 2008: N)
Dari pendapat para pakar tentang sastra dalam pembelajaran memang harus ada pembenahan mulai dari pendidik maupun dari segi porsi dalam pembelajaran. Porsi pembelajaran sastra dan bahasa harus dibuat seimbang sebab berdasarkan pengalaman terdahulu porsi pembelajaran bahasa lebih banyak dari pada sastra, sehingga sastra dalam pembelajaran di sekolah terlihat vakum karena didominasi dengan pembelajaran bahasa, padahal sastra merupakan wujud dari apresiasi bahasa seorang sastrawan dalam sebuah karya sastranya yang meliputi. Style, diksi, bahasa figuratif, peribahasa, merupakan ciri khas dari karya sastra guna untuk mendapatkan nilai estetik sehingga menarik bagi para pembacanya.
Maka dari itu pembelajaran sastra harus diterapkan sejak dini disekolah mulai dari jenjang yang rendah, menengah, hingga jenjang yang lebih tinggi yaitu perkuliahan. Sehingga sastra dalam pembelajaran memiliki peran yang penting, mka kita sebagai calon guru bahasa dan sastra indonesia, ini merupakan PR tersendiri bagi kita.

BUDAYA

Oleh: Arif Kurniawan
A310070137
PBSID/UMS


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan dapat berwujud benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Budaya dapat berwujud apapun, seperti halnya seni. Karya seni dapat dijadikan sebagai ciri khas atau suatu daerah tertentu. Karya seni dapat juga dijadikan sebagai bentuk imajinasi dan ekspresi seorang seniman karena seni merupakan identik dengan kreasi dan karakter seseorang. Seperti pada pagelaran seni selama 24 jam menari di solo merupakan suatu ajang atau kesempatan bagi para seniman untuk membuktikan kepada semua orang bahkan kepada dunia bahwa karya seni adalah suatu bentuk keindahan.
Dimana dalam upaya untuk memperingati Hari Seni Tari sedunia (Word Dance Day) yang dielar di Institut Seni Indonesia (ISI), telah mengundang antusiasme rubuan prnonton untuk mrnyaksikan pagelaran seni tari tersebut, selain itu juga mengundang peserta dari berbagai kota termasuk di luar jawa. Ribuan penonton berjubel disetiap lokasi yang digunakan
untuk sebagai ajang pentas. Bahkan terjadi kemacetan laulintas karena jalan dipadati oleh kendaraan bermotor yang sedang parkir.
Perhelatan pagelaran seni ini didukung oleh mahasiswa dan kelompok seni yamg mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terlibat mendukung jalanya pergelaran seni tersebut. Selain itu kelompok seni yang ada di daera h sekitarnya juga dapat ikut serta dalam menyemarakkan Hari Seni Tari sedunia (Word Dance Day).
Festival Hari Seni Tari sedunia (Word Dance Day) ini adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi kita masyarakat Indonesia. Kita sebagai mehasiswa marilah kita junjung tinggi, kita lindungi, kita jaga, dan kita lestarikan nilai-nilai budaya bangsa kita tercinta ini yaitu bangsa Indonesia (8/5/2010).

PENDIDIKAN

Arif Kurniawan
A310070137
PBSID/UMS
Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang telah ada guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan teruskan.menerus berkembang seiring dengan perubahan dinamika sosial budaya masyarakat dari jaman ke jaman.. pendidikan merupakan suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan sehingga pelaksanaan pendidikan harus berorientasi pada wawasan kehidupan mendatang. Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa.
Seiring dengan perkembangan jaman seperti sekarang ini sistem pendidikan amat sangat berkembang pesat, dimana diadakaanya pembaharuan pada bidang-bidang tertentu guna untuk mencapai standar kelulusan yang maksimal. Untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah menerapkan peraturan UN (Ujian Nasional) yaitu dengan memberikan batas minimal atau syarat kelulusan dengan menempatkan tiga mata pelajaran untuk jenjang SMP dan SMA. Dari tahun ketahun peraturan itu pun selalu berubah-ubah. Mulai dari bertambahnya mata pelajaran yang diikut sertakan UN dan bertambahnaya batas minimal kelulusan yang akan dihtempuh oleh siswa.
Apa yang telah ditetapkan pemerintah ini memiliki banyak manfaat dan sekaligus juga ada kelamahannya, ada yang mendukung dan ada yang tidak karena belajar dari pengalaman yang sudah lalu yaitu banyak siswa yang tidak lulus karena nilai yang didapat kurang dari batas minimal yang telah ditetapkan. Dari sisi positif batas minimal kelulusan yang ditetapkan pemerintah ini merupakan suatu langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan potensi siswa, tetapi dari sisi negatifnya, untuk mencapai nilai yang maksimal sering terjadi sebuah kecurangan misalnya bocornya soal ujian. Disamping itu bagi siswa yang tidak lulus akan menggangu mental dan skologinya dan bagi siswa yang lulus leidentik dengan hura-hura seperti konfoi dijalan-jalan sehingga menganggu ketertiban lalulinntas.
Untuk UN (Ujian Nasional) tahun ini memang batas minimal kelulusan bertambah sehingga sekolah dan guru harus bekerja lebih ekstra untuk membimbing anak didiknya supaya berhasil dalam ujian nasiaonal. Tapi ternyata justru sebaliknya usaha keras yang telah dilakukan oleh pihak guru dan sekolah justru berbannding terbalik. Ternyata persentase tingkat ketidak lulusan siswa semakin bertambah. Mayoritas pada jenjang pendidikan SMA siswa yang tidak lulus jatuh pada mata pelajaran bahasa indonesia. Sehingga mengakibatkan terganggunya menntal dan skologi siswa.
Kita sebagai calon guru bahasa indonesia, pengalaman pada ujian nasional tahun ini merupakan suatu PR tersendiri, bagaimana mengajak sisiwa untuk semangat belajar sehingga menjadi lulusan yang berkompeten, mampu bersaing di dunia kerja dan berguna bagi bangsa dan negara (9/5/2010).

PENGEMBANGAN

file:///G:/ARIF%20BGT%20GT/SEMESTER%206/TUGAS%20AKHIR/PMA%20AKHIR/PMA%20TUGASTER%20ARIF_2003.doc

STILISTIKA

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Puisi sebagai salah satu jenis sastra yang merupakan pernyataan sastra. Segala unsur seni kesastraan mengental dalam puisi. Oleh karena itu puisi dari dahulu hingga sekarangpernyataan seni sastra yang paling baku. Membaca merupakan sebuah kenikmatan yang khusus, bahkan merupakan puncak kenikmatan seni sastra. Oleh karena itu sastra dari dahulu hingga sekarang puisi selalu diciptakan orang dan selalu dibaca, dideklamasikan untuk lebih merasakan kenikmatan seninya dan nilai kejiwaannya yang tinggi. Dari dahulu hingga sekarang, puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat. Karena kemajuan masyarakat dari waktu kewaktu selalu meninggkat, maka corak sikap dan bentuk puisi-pun selalu berubah mengikuti perkambangan selera, konsep estetik yang selalu berubah, dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat.
Dalam penelitian ini saya akan menganalisis lebih spesifik atau mendetail lagi mengenai puisi yang berjudul DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR. Dimana dalam puisi ini memiliki sebuah pesan yang akan disampaikan oleh seorang penyair kepada pembacanya atau pendengarnya dalam sebuah karya sastranya dalam bentuk puisi. Tema, amanat, nada dan suasana, gaya kata (diksi), gaya kalimat, pencitraan, perasaan dan pemaknaan, akan dikaji secara lebih lanjut dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas menjadi terarah dan menuju tujuan yang diinginkan diperlukan adanya perumusan masalah. Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa tema yang terkandung dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR?
2. Bagaimana gaya bahasa dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR?
3. Suasana apa yang ada dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR?
4. Apakah makna yang terdapat dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR?


C. Tujuan
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan agar lebih terarah dan tidak menyimpang dari bahasan utamanya, maka tujuan dari penelitian ini.
1. Mendeskripsikan dan menganalisis tema yang terkandung dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR.
2. Mendeskripsikan gaya bahasa dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR.
3. Menganalisis suasana yang ada dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR.
4. Memaparkan makna yang terdapat dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR.
D. Manfaat
Suatu penelitian pasti mempunyai tujuan agar lebih terarah dan tidak menyimpang dari bahasan utamanya, dari tukuan yang telah dicapi akan mencapatkan beberapa manfaat. Maka dapat disebutkan manfaat dari penelitian ini.
1. Mengetahui tema yang terkandung dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR.
2. Mengetahui bagaimana gaya bahasa dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR.
3. Mengetahui suasana apa yang ada dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR.
4. Mengetahui makna yang terdapat dalam puisi DO’A KARYA CHAIRIL ANWAR.
















BAB II
LANDASAN TEORI


A. Stilistika
Stilistika menurut Sudjima (dalam Satoto, 1995: 6) adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra. Sangat menarik bahwa dalam perkembangan linguistik terapan bahwa munculnya minat bahkan kesungguhan hati para pakar linguis untuk menerapkan teori dan pendekatan linguistik dalam rangka pengkajian sastra (Satoto, 1995:6). Begitu eratnya pengkajian bahasa dan sastra, sehingga bidang studi stilistika menjadi incaran yang menggairahkan bagi para ahli bahasa dan aahli sastra. Stilistika adalah studi yang menjembatani pengkajian bahasa dan sastra dengan mengkaji apa sebenarnya hubungan antara bahasa dan sastra (Satoto, 1995:6).
Ciri khas sebuah karya sastra tidak saja dilihat berdasarkan genrenya, tetapi dapat pula dilihat melalui konvensi sastra maupun konvensi bahasanya. Khusus dalam kaitan bahasa dalam sastra, pengarang mengeksploitasi potensi-potensi bahasa untuk menyampaikan gagasannya dengan tujuan tertentu.
Menurut Aminuddin (2008) gaya merupakan perwujudan penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakannya. Sebagai wujud cara menggunakan kode kebahasaan, gaya merupakan relasional yang berhubungan dengan rentetan kata, kalimat dan berbagai kemungkinan manifestasi kode kebahasaan sebagai sistem tanda. Jadi, gaya merupakan simbol verbal.
Stilistika dalam kajian karya sastra mamiliki hubungan yang sangat erat karena dalam sebuah karya sastra terdapat style sedangkan stilistika merupakan cabang ilmu sastra yang mengkaji tantang stail atau gaya.
Pada mulanya stilistika oleh penemunya, Carles Bally (dalam Hand Out Ali Imron, 2008:15) tidak dimasukkan sebagai studi gaya sastra, melainkan untuk studi bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi tujuan hidup. Menurut Bally stilistika adalah studi tentang efek-efek ekspresif dan mekanisme dalam semua bahasa-bahasa.Baginya stilistika merupakan sumber-sumber ekspresif bahasa dan mengeluarkanya dari dalamnya studi bahasa sastra yang diorganisasikan untuk tujuan estetik.
Tetapi Cressot (dalam Hand Out Ali Imron,2008:15) menyatakan bahwa kesusastraan adalah bidang stilistika yang utama karena dalam bidang kesusastraan pilihan gaya lebih manasuka dan lebih sadar.
KajianStilistikamerupakanbentuk kajian yang menggunakan pendekatan obyektif.Dinyatakan demikian karena ditinjau dari sasaran kajian dan penjelasan yang dibuahkan, kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sstem tanda dalam karya sastra yang diperoleh secara rasional-empirik dapat dipertanggung jawabkan. Landasan empirik merujuk pada kesesuian landasan konseptual dengan cara kerja yang digunakan bila dihubungkan dengan karakteristik fakta yang dijadikan sasaran kajian. Sedangkan menurut Rene Wellek dan Austin Warren, Stilistika perhatian utamanya adalah kontras system bahasa pada zamannya (Wellek dan Warren : 1990 : 221).
Pada apresiasi sastra, analisis kajian stilistika digunakan untuk memudahkan menikmati,memahami,dan menghayati system tanda yang digunakan dalam karya sastra yang berfungsi untuk mengetahui ungkapan ekspresif yang ingindiungkapkan oleh pengarang, baik dalam karya sastra yang berbentuk puisi, novel, cerpen, drama dan lain-lain.
B. Style ‘Gaya Bahasa’
Style dalam tulisan ini sesuai dengan objek kajiannya, sastra yang menggunakan bahasa sebagi mediumnya, diarikan sebagai ‘Gaya Bahasa’. Gaya bahasa menurut Abram (dalam Al Imron, 2009: 142) adalah car pemakaian bahasa dalam karangan, atau bagaimana seorang pengarang mengunkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Sedangkan menurut Leech & Short (dalam Al Imron, 2009: 142), Style menyarankan pada pemakaian bahasa dalm konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk kajian tertentu.
Style ‘Gaya Bahasa’ merupakan sistem tanda tingkat kedua dalam konvensi sastra. Makna tanda tersebut ditentukan oleh konvensi sastra. Dengan demikian untuk dapat memahami makna puisi secara total kita dapat mengkaji hubungan stilistika itu sebagai salah satu unsur yang membangun puisi tersebut dengan unsur-unsur yang lain secara keseluruhan (Ali Imron, 2009: 142).

C. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter menurut Tarigan (dalam Ahmad: 2008) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Herman J. Waluyo (dalam Kasandika: 2008) mendefinisikan bahwa Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Membaca puisi pada dasarnya merupakan usaha melakukan kontak lahir batin
dengan puisi tersebut. Pembaca puisi perlu bergulat dengan segala kemampuan, pikiran, pengalaman dan perasaan terhadap puisi yang dibaca agar dapat menangkap segala makna dalam puisi. Mengapa hal tersebut diperlukan? Karena banyak puisi yang bersifat "menyembunyikan makna" dibalik baris-baris kata dan bait.
Dari sudut pandang bahasa, secara konvensional bahasa memiliki konsep Dwi-Tunggal: bentuk dan arti. Kata tertentu memiliki arti tertentu secara harfiah. Namun kata-kata yang digunakan pada puisi mengandung arti "tambahan" dengan memanipulasi bahasa dan memanfaatkan potensi yang ada pada bahasa. Kata-kata didalam puisi dapat membawa arti yang "ambiguous" dan dapat terjadi multiinterpretasi pada puisi yang sama (puisi dapat diinterpretasikan lebih dari satumacam). Menganalisis puisi berarti berusaha mengambil atau menemukan arti biasa maupun arti "tambahan" yang dikandung puisi tersebut. Disamping memahami arti atau makna puisi, kegiatan analisis juga berusaha untuk melihat struktur/ unsur-unsur puisi.
D. Unsur-unsur Puisi
Unsur-unsur puisi menurut Praba (2003) adalah segala sesuatu yang berperan membentuk/ membangun puisi menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur puisi dapat terdiri dari: bunyi, imaji, kiasan, tipografi, diksi, baris, bait, manipulasi tatabahasa dan lain-lain

Pendekatan struktur puisi agar dapat memahami puisi dengan baik, kita dapat berpegang pada prinsip berikut: Makna unsur-unsur puisi membentuk makna keseluruhan puisi. Makna unsur-unsur puisi dicari dengan terlebih dahulu mengandaikan makna keseluruhan puisi. Keberadaan suatu unsur puisi ditentukan oleh adanya unsur lainnya. Oleh karena itu, seluruh unsur-unsur puisi tidak membentuk makna sendiri-sendiri secara lepas tetapi secara bersama membentuk makna keseluruhan puisi. Maka puisi dikatakan sebagai karya sastra yang "koheren" dimana setiap unsurnya saling terkait dan saling menentukan dalam membentuk makna keseluruhan puisi. Oleh karena itu, selalu baca puisi secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong (Praba: 2003).
Secara garis besar puisi memiliki struktur, baik struktur fisik maupun batin. struktur fisik dan struktur batin puisi sebagai berikut.
1. Menurut Pradopo (2007), Struktur fisik puisi meliputi:
1) Diksi
2) Pencitraan
3) Kata konkret
4) Majas
5) Bunyi yang menghasilkan rima dan ritma
2. Menurut Pradopo (2007), Struktur batin puisi meliputi:
1) Perasaan
2) Tema
3) Nada
4) Amanat
E. Teori Semiotik
Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda. Semiotik mengacu pada dua istilah kunci, yaitu penanda atau ‘yang menandai’ (signifier) dan petanda atau ‘yang ditanda’ (signified). Penanda adalah imaji bunyi yang bersifat psikis, sedangkan petanda adalah konsep. Adapun hubungan antara imaji dan konsep itulah yang disebut tanda (Ali Imron, 2009: 146).

Peirce (dalam Ali Imron, 2009: 146) membedakan tiga kelompok tanda, yaitu: (1) Ikon (ikon) adalah suatu tanda yang menggunakan kesamaan dengan apa yang dimaksudkannya, misalny kesamaan peta dengan wilayah geografis yang digambarkannya. (2) Indeks (index) adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan kausal dengan apa yang diwakilinya, misalnya asap merupakan tanda adanya api. (3) Simbol (syombol) adalah hubungan atara hal atau suatu (item) penanda dengan item yang ditandainya yang sudah menjadi konvensi masyarakat. Misalnya janur kuning merupakan tanda ada pernikahan sepasang manusia.




BAB III
METODE PENELITIAN

Karya sastra merupakan struktur tanda yang bermakna. Oleh karena itu, untuk mengkaji stilistika puisi diperlukan teori dan metode yang mampu mengungkapkan tanda-tanda tersebut. Dalam pengkajian ini, dilakukan pengakajian stilistika puisi “Doa” yang meliputi gaya bunyi, gaya kata (diksi), gaya kalimat, citraan, perasaan, nada dan suasana, makana, dan amanat.setelah pengkajian stilistika dilanjutkan pemanfaatan teori Semiotik.
Objek penelitian ini adalah stilistika puisi “Doa” karya Chairil Anwar yang dikajia dengan teori semiotik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, mengingat objek penelitiannya, yakni stilistika bentuk kata verbal. Dalam bentik wacana yang terkandung dalam teks puisi “Doa”. Melalui metode ini, peneliti mengembangkan dan menetukan fokus tertentu, yakni pengkajian stilistika puisi tersebut. (Ali Imrin, 2009:147).
Miles dan Hiberman (dalam Ali Imron, 2009:147) data kualitatif merupakan sumber informasi yang bersumber pada teori, kaya akan deskripsi, dan kaya akan penjelasan proses yang menjadi dalam konteks. Data penelitian ini adalah unsur-unsur stilistika puisi “Doa” berupa data verbal terdiri atas gaya bunyi, kata, kalimat, citraan, perasaan, dan nada dan suasana. Adapun sumber datanya ada satu. Pertama sumber data primer yakni puisi “Doa” karya Chairil Anwar.
Sejalan dengan kajiannya, kajian ini dimulai dengan pedeskripsian berbagai fenomena kebahasaan sebagai wujud stilistika puisi “Doa” dengan mengungkapkan latar belakang, fungsi, dan tujuan pemanfaatan stilistika dalam puisi tersebut. Selanjutnya, analisis makna dilakukan dengan mengunakkan pembacaan model semiotik yang terdiri atas pembacaan heuristik dan hermenutik. Pembacaan heuristik adalh pembacaan yang menurut konvensi bahasa. Pembacaan Hermeneutik adalah pembacaan berulang-ulang dengan memberikan interpretasi terhadap sistem tanda semiotik.

A. Teknik Analisis Puisi
Analisis puisi dapat dilakukan dengan teknik "parafrase" yaitu usaha mengembalikan kata-kata yg hilang atau memperbaiki tata bahasa dalam rangka memudahkan pemahaman puisi. Hal ini amat bermanfaat terutama bagi puisi yang menggunakan sedikit kata-kata (Praba: 2003).
Praba (2003) ada dua metode teknik parafrase:
1. Mempertahankan susunan kata-kata dalam puisi tetapi menambahkan unsur/ kata dalam tanda kurung yang akan memudahkan usaha memahami puisi secara keseluruhan.
2. Mengubah puisi menjadi prosa dengan cara mengubah baris atau bait menjadi kalimat-kalimat dengan menambah/mengurangi/menukar kata-kata tertentu sehingga unsur-unsur asli puisi tidak kelihatan lagi, yang ada hanya suatu prosa dimana prosa tersebut telah menggambarkan makna secara keseluruhan puisi.







BAB IV
Hasil Analisis

A. Analisis Puisi " DOA"
Dalam penelitian akan menganalisis “Doa” yang akan dibagi beberapa tehap mulai dari gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat, citraan, hingga sampai pada pemaknaan. Selain itu juga akan dianalisis dari segi tema, perasaan, nada dsn suasana, serta amanat.

Doa
Karya ChairilAnwar
Puisi Doa karya Chairil Anwa

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

1. Gaya Bunyi
Dalam puisi, bunyi berperan penting karena bunyi menimbulkan efek dan kesan tertentu. Bunyi dapat menekankan arti kata, mengintensifkan makna kata dan kalimat, bahkan dapat mendukung pencipta suasana tertentu dalam puisi. Gaya bunyi dalam puisi itu dapat dikemukakan sebagai berikut.
Puisi ini secara keseluruhan didominasi oleh adanya bunyi /u/.bunyi /u/ yang mendominasi keseluruhan puisi ini mempunyai fungsi menimbulkan suasana sedih, haru, pasrah, rela, sunyi, dan sepi. Bunyi /u/ terasa yang mewarnai keseluruhan puisi, sengaja dimanfaatkan oleh penyair untuk mencapai efek makna sekaligus juga untuk mencapai efek estetik.
Pengulangan rima (persamaan bunyi pada akhir kata) juga mendominasi keseluruhan puisi. Dalam hal ini terdapat pengulangan rima akhir. Pengulangan rima akhir pada keempat bait itu membentuk pola yang sama sehingga menimbulkan kedekatan, kekhusu’an, keakraban penyair sebagai makhluk dengan Tuhan.
Pengulangan rima akhiran pada baris pertama pada bait kesatu, kedua, ketiga, keempat, dan kelima, didukung oleh kata dan kalimat yang sama.
Tuhan-Ku
Ada yang menarik lagi, meskipun dengan kata yang berbeda-beda, pada baris ketiga dalam bait kesatu, kedua, dan kelima terdapat pengulangan rima tengah dengah bunyi /i/.
Pada bait kesatu:
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh

Pada bait kesatu:
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Pada bait kesatu:
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

2. Gaya Kata (Diksi)
Untuk menghidupkan lukisan dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan gagasan sesuai dengan gagasan yang ingin dikemukakan oleh penyair dalam puisi “Doa” banyak memanfaatkan kata konotatif disamping kata konkret. Kata konotatif mempunyai arti yang tidak langsung yang bersifat tambahan atau menimbulkan asosiasi tertentu. Kata konotatif sekaligus untik menciptakan bahasa kias. pemanfaatan kata konotatif ataupun bahasa kias sengaja dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung.

Dinyatakan Riffaterre (dalam Ali Imron, 2009: 152), bahwa pelukisan sesuatu untuk unkapan secara tidak langsung itu merupakan konvensi sastra, terlebih puisi. Ekspresi langsung dilakukan oleh penyair karena tiga hal yaitu: (1) penggantian atau pemindahan arti (displacing of meaning), (2) Penyimpangan arti (distrosing of meaning), penciptaan arti (creating of meaning).
Bait 1 dimanfaatkan bahasa kias berupa majas metafora untuk melukiskan kedekatan antara penyair dengan Tuhan dalam berdoa, pada baris ketiga /Aku masih menyebut nama-mu/ “Aku” adalah wahana sedangkan “masih menyebut namamu” merupakan tenor.
Bait 2 majas hiperbola dimanfaatkan pada bait 2 dengan melukiskan sesuatu secara berlebihan. Hiperbola dimanfaatkan untuk menyangatkan arti guna menciptakan efek makna khusus. Yaitu melukiskan bahwa dalam suasana yang gelap dan tenang penyair berdoa memuji tuhannya dengan penuh keikhlasan supaya doanya dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa Yang dilukiskan dengan bentuk /Caya-Mu panas suci/ /Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi/.
Bait 3 memanfaatkan majas hiperbola pada baris kedua /Aku hilang bentuk remuk/ yaitu melukiskan sesuatu yang berlebihan sehingga menimbulkan efek makna khusus.
Bait 4 memanfaatkan majas metafora yang melukiskan bahwasanya penyair rela melakukan apa saja untuk mendapakan ridho dari Yang Maha Kuasa. /Aku mengembara di negeri asing/ merupakan majas metafora, membandingkan sesuatau tanpa menggunakan perbandingan. “Aku” adalah wahana sedangkan “mengembara di negeri asing” adalah tenor.
Majas hiperbola juga dimanfaatkan dalam bait 4 untuk melukiskan sesuatu secara berlebihan. Dalam hal ini hiperbola menyatakan kedekatannya antara penyair dengan Tuhan, rela mengembara kesebuah negeri asing yang sangat jauh demi mendekatkan diri pada Tuhannya yang dilukiskan dengan /Aku mengembara di negeri asing/.
3. Gaya Kalimat
Kepadatan kalimat dan bentuk yang ekspresif sangat diperlukan dalam karya sastra khususnya puisi. Mengingat bahwa puisi hanya inti gagasan atau pengalaman batin yang dikemukakan. Hanya yang penting dan inti yang dikemukakan dalam puisi (Ali Imron, 2009:154).

Pada baris pertama bait 1, 2, 3, 4, 5, sebenarnya dapat disisipkan kata “Wahai” agar lebih jelas dan terfokus. Namun itu diimplisitkan agar lebih padat dan efektif.
/(Wahai) Tuhanku/
...........................
Baris kedua bait 1, 3, 4, dan baris ketiga bait 5, sebenarnya juga dapat disisipi dengan kalimat “dan semua umat-mu”, tetapi ini diimplisitkan supaya lebih padat dan efektif.
Bait 1
.............................................
Aku(dan semua umat-mu) masih menyebut nama-Mu
Bait 3
.................................................
Aku(dan semua umat-mu)hilang bentuk
Bait 4
................................................
Aku(dan semua umat-mu)mengembara di negeri asing
Bait 5
.................................................
Aku(dan semua umat-mu) tidak bisa berpaling
Pemadatan kalimat dengan mengimplisitkan bagian kalimat tertentu pada puisi tersebut selain kalimat menjadi ringkas dan efektif juga mampu menciptakan suasana tersendiri baik keakreban antara si penyair dengan Tuhannya.
4. Citraan
Pencitraan atau imaji dalam karya sastra berperan penting untuk menimbulkan pembayangan imajinatif, membentuk gamabaran mental, dan dapat membangkitkan pengalaman tertentu bagi para pembacanya. Cuddon (dalam Ali Imron, 2009: 158) menjelaskan bahwa citraan kata meliputi penggunaan bahassa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan pengalaman indera yang istimewa.
Di tangan sastrawan yang pandai, demikian Coombes (dalam Ali Imron, 2009: 158), imaji itu segar dan hidup, berada dalam puncak keindahannya untuk mengintensifkan, menjernihkan, memperkaya, sebuah imaji yang berhasil membentuk pengalaman menulis terhadapa objek atau situasi yang dialaminya, memberi gambaran yang setepatnya, hidup, kuat, ekonomis, dan segera dapat dirasakan.
Dalam puisi “Doa” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Pada bait 1 penyair memanfaatkan citraanvisual dengan memanfaatkan bahasa kias berupa majas metafora untuk melukiskan kedekatan antara penyair dengan Tuhan, sehingga timbul keakraban, kekhusukan ketika merenung menyebut nama Tuhannya.

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh

Bait 2 penyair mengguanakan citraan visual dengan majas hiperbola untuk melukiskan sesuatu secara berlebihan. Hiperbola dimanfaatkan untuk menyangatkan arti guna menciptakan efek makna khusus. Yaitu melukiskan kedekatana antara penyair dengan Tuhannya. Yang dilikiskan pada baris ketiga, disini penyair melebih-lebihkan kedekatanya, ketulusan, dan kepasrahannya kepada Tuhan /Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi/. Disini kedekatan antara penyair dan Tuhan, didalam sebuah kesunyian ketika merenung berdoa, hanya cahaya lilin yang redup dalam kesunyian malam.

Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Bait 3 menggunkan citraan vusual memanfaatkan majas hiperbola pada baris kedua /Aku hilang bentuk remuk/ yaitu melukiskan sesuatu yang berlebihan sehingga menimbulkan efek makna khusus. Disini dalam keheningan malam, berdoa menyebut nama Tuhannya dengan sepenuh hati hingga badannya bagaikan hilang dan remuk, rela badanya remuk tak tersisa demi Tuhannya.

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Bait 4 juga menggunakan pencitraan visual dengan memanfaatkan majas metafora yang melukiskan kedekatan antara penyair dengan Tuhannya /Aku mengembara di negeri asing/ merupakan majas metafora, membandingkan sesuatau tanpa menggunakan perbandingan. Membandingkan keseriusannya dan kehusukannya dalam berdoa, dengan pengembaraannya ke negeri asing.
Majas hiperbola juga dimanfaatkan dalam bait 4 untuk melukiskan sesuatu secara berlebihan. Dalam hal ini hiperbola menyatakan kedekatannya antara penyair dengan Tuhan, rela mengembara kesebuah negeri asing yang sangat jauh demi mendekatkan diri pada Tuhannya yang dilukiskan dengan /Aku mengembara di negeri asing/. Disisni keseriusan dalam berdoa dirbaratkan mengembara ke negeri asing. Dimanapun berada tetap ingat dan patuh dengan menyebut nama Tuhannya, karena kita hidup hanyalah sebagai sebuah pengembaraan.

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Pemanfaatan pencitraan dalam puisi tersebut mampu menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang diasakan oleh penyair, dengan menghayati pengalaman religi penyair.
5. Kajian Makna Stilistika Puisi “Doa”
Makna karya sastra merupakan formulasi gagasan-gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Mengacu pada teori semiotik, karya sastra merupakan sistem komunikasi tanda. Oleh karena itu, apa pun yang tercantum dalam karya sastra merupakan tanda yang mengandung makna yang implisit di balik ekspresi bahas yang eksplisit. Dalam konteks ini ahli semiotika Perce (dalam Ali Imron, 2009: 161) membedakan tiga kelompok tanda yaitu (1) ikon, (2) indeks, (3) simbol.
a. Penafsiran Judul
Puisi “Doa” mengungkapkan tentang tema ketuhanan. Seseorang seseorang merenung si dalam kesunyian, ia memohon, berharap dan melantunkan pukian kepada Tuhan.

b. Gambaran Umum
Puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Doa” menggambarkan sussana sunyi mengharukan yang jauh dari keramaian karena dalam sussana yang tenang, situasi yang tepat untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain utu puisi di atas juga memiliki corak keagamaaan atau lebih kental dengan nilai-nilai religi (keislaman), dapat dilihat dari judulnya “Doa” sajk-sajaknya mengungkapkan perasaan seseorang yang ingin selalu dekat dengan tuhannya. Dengan ketulusan hati ia percaya akan kekuasaan dan kebesaran tuhan bahwasanya Dialah yang membuat kehidupan ini dan setelah adanya hehidupan hanya kepada Dialah kita akan kembali (Allah SWT).
c. Penelompokan Tanda
1. Indeks:
Panas: Api
Suci: Bersih
Sunyi: sepi
Remuk; Hancur
2. Simbol
Hilang: menandakan tidak ada, pergi.
Remuk: menandakan hancur, musnah.
Kerlip lilin: menandakan redupnya sahaya atau sinar.
Kelam: menanddakan kegelapan malam.
Mengembara; menandakan seorang penyair melakukan perjalanan, berpindah tempat, hijrah.
d. Parafrase
Doa

(Wahai) Tuhanku
(Di) Dalam (sana aku) termenung
(Di) dalam termenung) Aku masih (tetap) menyebut nama-Mu
Biar (pun) susah (akau tetap) sungguh (sungguh)
Mengingat Kau (dengan se) penuh (hati dan) seluruh (jiwa raga)
Sinar) Ca(ha)ya-Mu (yang) panas (tapi) suci
Tinggal (kan) kerlip lilin di kelam (yang) sunyi
(Wakai) Tuhanku
Aku (meng) hilang (tak ber) bentuk
(Tubuhku) Remuk
(Wahai) Tuhanku
Aku Rela) mengembara di negeri asing
(Wahai) Tuhanku
(Hanya) Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku (benar-benar) tidak bisa berpaling (darimu)
e. Tema
Puisi “Doa” karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata ketuhanan. Kata “Doa” yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan tuhan atau Sang Pencipta alam dan seisinya. Kata-kata lain yang mendukung tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungan dalam sebuah kesendirian dari seorang penyair yang menyadari bahwa ia tidak bisa terlepas dari Tuhan sebab kita hidup karena Tuhan, kita mati juga karena Tuhan, dan hanya kepada Tuhan kita semua akan kemali.
Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisi”Doa”sangat tepat bila digolongkan pada aliran ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang menekankan segenap perasaan atau jiwanya.. Seperti pada kutipan larik berikut :
(1) Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
(2) Aku hilang bentuk
remuk
(3) Di Pintu-Mu aku mengetuk
Akut idak bisa berpaling

Puisi yang bertemakan ketuhanan (Doa) ini memang mengungkapkan dialog dirinya (penyair) dengan Tuhan. Kata “Tuhan” yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair sedang berbicara atau berkomunikasi dengan Tuhan.
f. Nada dan Suasana
Nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan atau sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi.
Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca, maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan terhadap pembaca, agar pembaca menyadari bahwa hidup dan mati kita ini karena Tuhan, maka kita tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan.
g. Perasaan
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi ”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain:

Aku termenung, menyebut nama-Mu,
Aku hilang bentuk,
remuk,
Aku tak bisa berpaling.
h. Amanat
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:

Tuhanku,
Di Puntu-Mu Aku mengetuk
Aklu tidak bisa berpaling







BAB V
PENUTUP

Puisi “Doa” keseluruhan didominasi oleh adanya bunyi /u/.bunyi /u/ yang mendominasi keseluruhan puisi ini mempunyai fungsi menimbulkan suasana sedih, haru, pasrah, rela, sunyi, dan sepi. Bunyi /u/ terasa yang mewarnai keseluruhan puisi, sengaja dimanfaatkan oleh penyair untuk mencapai efek makna sekaligus juga untuk mencapai efek estetik.
Pengulangan rima (persamaan bunyi pada akhir kata) juga mendominasi keseluruhan puisi. Dalam hal ini terdapat pengulangan rima akhir. Pengulangan rima akhir pada keempat bait itu membentuk pola yang sama sehingga menimbulkan kedekatan, kekhusu’an, keakraban penyair sebagai makhluk dengan Tuhan.
Untuk penciraannya lebih menekankan pada bahasa kias yaitu majas metafora dan hiperbola.
Puisi “Doa” mengungkapkan tentang tema ketuhanan. Seseorang seseorang merenung si dalam kesunyian, ia memohon, berharap dan melantunkan pukian kepada Tuhan
Puisi “Doa” karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata ketuhanan. Kata “Doa” yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan tuhan atau Sang Pencipta alam dan seisinya.

PAMERAN

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pameran
B. Peserta Pameran
1. Penerbit Jabal
a. Persiapan penerbit dalam mengikuti pameran
Persiapan penerbit Jabal dalam mengikuti Islamic Book Fair adalah sebagai berikut:
1) Memperrsiapkan display
2) Membuat stand yang menarik
3) Promosi
4) Diskon-diskon harga
5) Buku best seller lebih dikedepankan
6) Marketing harus aktif
b. Anggaran dalam mengikuti pameran
Biaya yang dipersiapkan oleh Penerbit Jabal dalam mengikuti pameran sebesar Rp. 2.700.000.
1) Biaya sewa stand : Rp 2.500.000
2) Peralatan : Rp 200.000
c. Pihak yang terlibat dalam pameran
d. Tujuan penerbit mengikuti pameran
Penerbit Jabal memiliki tujuan yang ingin dicapai ketika mengikuti pameran yaitu sebagai berikut:
1) Mempromosikan buku yang telah diterbitkan oleh Penerbit Jabal.
2) Memperkenalkan produk yang telah diterbitkan.
3) Meningkatkan daya minat membaca.
e. Target penerbit dalam mengikuti pameran
Penerbit Jabal memiliki dua target yang ingin dicapai dalam mengikuti pameran, yaitu target dari penerbit itu sendiri dan target individu.
1) Target Penerbit
Adalah dapat mencapai mengumpulkan omset Rp. 20.000.000 selama pameran berlangsung.
2) Target Individu
Adalah setiap hari harus ada peningkatan yang lebih baik dari hari kemarin.
2. Penerbit grafindo Khasanah Ilmu
a. Persiapan penerbit dalam mengikuti pameran
Persiapan Penerbit Grafindo Khasanah Ilmu dalam mengikuti Islamic Book Fair adalanh sebagai berikut:
1) Planning
Konfirmasi antara penerbit di dalam menyiapkan display.
2) Controlling
Survei lokasi pameran.
3) Loading
Memasukkan buku-buku untuk ditata dalam stand pameran.
b. Anggarn dalam mengikuti pameran
Anggaran yang dipersiapkan Penerbit Gradindo Khasanah Ilmu dalam mengikuti Islamic Book Fair sebesar Rp. 5.000.000.
c. Pihak yang terlibat dalam pameran
d. Tujuan penerbit mengikuti pameran
Penerbit Grafindo Khasanah Ilmu memiliki beberapa tujuan dalam mengikuti pameran yaitu sebagai berikut:
1) Promosi sebagai cara mengenalkan produk.
2) Memperluas jaringan relasi anntarpenerbit.
3) Meningkatkan gemar minat membaca.
4) Memnambah omset.
5) Meningkatkan daya beli para pembeli.
e. Target penerbit dalam mengikuti pameran
Terdapat dua taget Penerbit Grafindo Khasanah Ilmu dalam mengikuti Islamic Book Fair.
1) Menuai hasil yang maksimal.
2) Memperoleh omset pemasukan seperti yang duharapkan oleh setiap penerbit.

3. Penerbit Shourukh International
a. Persiapan penerbit dalam mengikuti pameran
Persiapan Penerbit Shourukh International dalam mengikuti islamic Book Fair adalah mencatat buku dalam pameran kemudian dicatat daftar bukunya.
b. Anggarn dalam mengikuti pameran
Anggaran yang dipersiapkan oleh Penerbit Shourukh International dalam mengikuti pameran adalah sebesar Rp. 10.000.000.
c. Pihak yang terlibat dalam pameran
d. Tujuan penerbit mengikuti pameran
Tujuan Penerbit Shourukh International dalam mengikuti pemeran ini adalah untuk promosi penerbit dala hal ini adalah Penerbit shourukh International.
e. Target penerbit dalam mengikuti pameran
Target Penerbit Shourukh International dalam mengikuti pameran adalah mampu meningkatkan penjualan buku-buku oleh Penerbit Shourkh International seperti yang telah diharapkan dan direncanakan.

Demi terciptanya kelancara, ketertiban, keamanan, dan segala yangmendukung jalannya pameran yang bertajuk Islamic Book Fair haruslah dibentuk manajemen yang baik. Diantara struktur manajemen penyelenggaraan pameran tersebit adalah

PERANAN STILISTIKA DALAM STUDI SASTRA

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Stilistika menurut Sudjima (dalam Satoto, 1995: 6) adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra. Sangat menarik bahwa dalam perkembangan linguistik terapan bahwa munculnya minat bahkan kesungguhan hati para pakar linguis untuk menerapkan teori dan pendekatan linguistik dalam rangka pengkajian sastra (Satoto, 1995:6). Begitu eratnya pengkajian bahasa dan sastra, sehingga bidang studi stilistika menjadi incaran yang menggairahkan bagi para ahli bahasa dan aahli sastra. Stilistika adalah studi yang menjembatani pengkajian bahasa dan sastra dengan mengkaji apa sebenarnya hubungan antara bahasa dan sastra (Satoto, 1995:6).
Ciri khas sebuah karya sastra tidak saja dilihat berdasarkan genrenya, tetapi dapat pula dilihat melalui konvensi sastra maupun konvensi bahasanya. Khusus dalam kaitan bahasa dalam sastra, pengarang mengeksploitasi potensi-potensi bahasa untuk menyampaikan gagasannya dengan tujuan tertentu.
Menurut Aminuddin (2008) gaya merupakan perwujudan penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakannya. Sebagai wujud cara menggunakan kode kebahasaan, gaya merupakan relasional yang berhubungan dengan rentetan kata, kalimat dan berbagai kemungkinan manifestasi kode kebahasaan sebagai sistem tanda. Jadi, gaya merupakan simbol verbal.
Stilistika dalam kajian karya sastra mamiliki hubungan yang sangat erat karena dalam sebuah karya sastra terdapat style sedangkan stilistika merupakan cabang ilmu sastra yang mengkaji tantang stail atau gaya.

B. Rumusan Masalah
Suatu makalah harus mempunyai tujuan lebih terarah dan tidak menyimpang dari bahasan utamanya, maka dirumuskan tujuan dari makalah ini.
1. Apa yang dimaksud dengan kajian stilistika?
2. Bagaimana peran stilistika dalam studi karya sastra?
C. Tujuan
Suatu makalah harus mempunyai tujuan lebih terarah dan tidak menyimpang dari bahasan utamanya, maka tujuan dari makalah ini.
1. Mendeskrisikan tentang kajian stilistika.
2. Mendeskripsikan tentang peran stilistika dalam studi karya sastra.
D. Manfaat
Suatu makalah harus mempunyai tujuan lebih terarah dan tidak menyimpang dari bahasan utamanya, maka manfaat dari makalah ini.
1. Mengetahui maksud dari kajian stilistika.
2. Mengetahui bagaimana peran stilistika dalam studi karya sastra.
















BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Stilistika
Pada mulanya stilistika oleh penemunya, Carles Bally (dalam Hend Out Ali Imron,2008:15) tidak dimasukkan sebagai studi gaya sastra, melainkan untuk studi bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi tujuan hidup. Menurut Bally stilistika adalah studi tentang efek-efek ekspresif dan mekanisme dalam semua bahasa-bahasa. Baginya stilistika merupakan sumber-sumber ekspresif bahasa dan mengeluarkanya dari dalamnya studi bahasa sastra yang diorganisasikan untuk tujuan estetik.
Tetapi Cressot (dalam Hend Out Ali Imron,2008:15) menyatakan bahwa kesusastraan adalah bidang stilistika yang utama karena dalam bidang kesusastraan pilihan gaya lebih manasuka dan lebih sadar.
Kajian Stilistika merupakan bentuk kajian yang menggunakan pendekatan obyektif. Dinyatakan demikian karena ditinjau dari sasaran kajian dan penjelasan yang dibuahkan, kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sstem tanda dalam karya sastra yang diperoleh secara rasional-empirik dapat dipertanggung jawabkan. Landasan empirik merujuk pada kesesuian landasan konseptual dengan cara kerja yang digunakan bila dihubungkan dengan karakteristik fakta yang dijadikan sasaran kajian. Sedangkan menurut Rene Wellek dan Austin Warren, Stilistika perhatian utamanya adalah kontras system bahasa pada zamannya (Wellek dan Warren : 1990 : 221).
Pada apresiasi sastra, analisis kajian stilistika digunakan untuk memudahkan menikmati,memahami,dan menghayati sistem tanda yang digunakan dalam karya sastra yang berfungsi untuk mengetahui ungkapan ekspresif yang ingin diungkapkan oleh pengarang.
Dari penjelasan selintas di atas dapat ditarik kesimpulan tentang analisis yang dilakukan apresiasi sastra meliputi :

1. Analisis tanda baca yang digunakan pengarang.
2. Analisis hubungan antara system tanda yang satu dengan yang lainnya.
3. Analisis kemungkinan terjemahan satuan tanda yang ditentukan serta kemungkinan bentuk ekspresi yang dikandungnya (Aminuddin, 1995 :98).
Kaitannya dengan kritik sastra, kajian stilistika digunakan sebagai metode untuk menghindari kritik sastra yang bersifat impesionistis dan subyektif. Melalui kajian stilistika ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang memenuhi kriteria obyektifitas dan keilmiahan (Aminuddin, 1995 : 42).
Pada kritik sastra ini prosedur analisis yang digunakan dalam kajian stilistika, diantaranya :
1. Analisis aspek gaya dalam karya sastra.
2. Analisis aspek-aspek kebahasaan seperti manipulasi paduan bunyi, penggunaan tanda baca dan cara penulisan.
3. Analisis gagasan atau makna yang dipaparkan dalam karya sastra
B. Peranan stilistika dalam studi karya sastra
Gaya menurut Envist (dalam Hend Out Ali Imron,2008:20) setiap pengarang dalam kajian stilistika memperlihatkan ciri pribadi. Gaya dapat diperbincangkan dalam pemakaian bahasa pada jenis-jenis gaya nonsastra, namun istilah gaya dalam hal ini secara umum berkaitan dengan pemakaian bahasa dalam karya sastra sebagai bahan kajian sastra.
Altenbend (dalam Hend Out Ali Imron, 2008:20) menyatakan bahwa sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Dengan sarana retorika itu pengarang berusaha untuk menarik perhatian dan pikiran pembaca berkontemplasi terhadap apa yang diekspresikan pengarang. Dalam karya sastra setiap kata memiliki tautan, emotif, moral, disamping maknanya yang netral. Oleh karena itu gaya bahasa merupakan pemanfaatan potensi bahasa yang ekspresif dan emotif. Adanya pemerkayaan makna dalam karya sastra merupakan salah satu ciri khas wacana karya sastra itu sendiri. Jadi pemanfaatan potensi-bahasa secara khusus akan mampu memberikan pemerkayaan makna dan penggambaran objek. Pemerkayaan ini dimungkinkan karena adanya potensi pemanfaatan sebagai bentuk sistem tanda yang mungkin. Oleh karena itu stilistika berpangkal pada bentuk ekspresi kebahasaan
Style ‘gaya bahasa’ menutut sudjiman (dalam Hend Out Ali Imron, 2008: 21) akan dikemukakan beberapa konsep kebahasaan yang berkaitan dengan style dalam kajian stilistika karya sastra.
1. Diksi (pemilihan kata)
Kata berkaitan erat dengan hakikat karya sastra yang penuh itensitas. Sastrawan dituntut untuk dengan cermat dalam pemilihan kata, karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi kalimat dalam wacana.
2. Pencitraan kata
Pencitraan berkaitan erat dengan diksi karena sebuah kata atau serangkaian kata tertentu dapat memberikan pencitraan tertentu. Pencitraan kata merupakan gambaran angan-angan dalam sastra, termasuk puisi. Penyair tidak hanya menciptakan musuk verbal tetapi juga pencipta gambaran dalam kata-kata mendiskripsikan sesuatu.
3. Tuturan figurative
Tuturan figurative adalah bahasa untuk menyatakan suatu mkna dengan cara yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan apa yang diucapkannya.
.


BAB III
PENITUP


Stilistika ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra. Ciri khas sebuah karya sastra tidak saja dilihat berdasarkan genrenya, tetapi dapat pula dilihat melalui konvensi sastra maupun konvensi bahasanya.
Kajian Stilistika merupakan bentuk kajian yang menggunakan pendekatan obyektif. Dinyatakan demikian karena ditinjau dari sasaran kajian dan penjelasan yang dibuahkan, kajian stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sstem tanda dalam karya sastra
Ada beberapa konsep kebahasaan yang berkaitan dengan style dalam kajian stilistika karya sastra yang meliputi: 1) Diksi (pemilihan kata), 2) Pencitraan kata, 3) Tuturan figurative.


Daftar Pustaka

Aminuddin. 1995. Stilistika, Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press..
Imron, Ali A.M. 2008. HEND OUT “Stilistika Sebuah Pengantar”. Surakrta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Satoto, Sudiro. 1995. Stilistika. Surakarta: STSI Surakarta.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

KESALAHAN BIDANG SINTAKSIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi yang digunakan antar manusia. Bahasa dapat mengekspresikan maksud dan tujuan seseorang. Lewat bahasa pula kita dapat memahami serta berkomunikasi dengan baik sesama manusia. Dengan latar belakang diatas maka kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar penduduk di dunia adalah dwibahasawan, maksudnya bahwa sebagian manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai alat komunikasi.
Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan yang berbeda merupakan agen pergontak dua bahasa. Semakin besar jumlah orang yang seperti ini, maka semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan. Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya menjelma didalam penerapan kaidah bahasa pertama (B1) didalam penggunaan bahasa kedua ( B2 ). Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi didalam pemakaian sistem B2, pada saat penggunaan B1. Salah satu dampak negatif dari praktek penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa, yang lebih dikenal dengan istilah interferensi (Khairul Matien : 2-3).
Sebagai seorang calon guru khususnya guru Bahasa Indonesia sering kita menjumpai kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para siswa. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para siswa tersebut ternyata dapat dibagi kedalam 2 kategori yaitu kategori kesalahan dalam bidang keterampilan yang meliputi menyimak, membaca, menulis dan membaca, serta kesalahan dalam bidang linguistik yang meliputi tata bentuk bunyi (fonologi), tata bentuk kata (morfologi), tata bentuk kalimat (sintaksis).


Pengertian dari Analisis Kesalahan Berbahasa itu sendiri adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik atau siswa yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik (Pateda, 1989 : 32).
Sementara Pateda (50-66) juga menjelaskan bahwa analisis kesalahan berbahasa dibagi kedalam daerah-daerah kesalahannya. Menurut pateda daerah kesalahan berbahasa dibagi menjadi 4 antara lain : (1) Daerah kesalahan fonologi, (2) Daerah kesalahan morfologi, (3) Daerah kesalahan sintaksis, (4) Daerah kesalahan semantis. Meskipun daerah kesalahan tersebut sudah diklasifikasikan tetapi antara daerah kesalahan bahasa satu dengan yang lain saling berhubungan.
Dalam makalah ini kami akan mencoba menganalisis lebih spesifik atau mendetail lagi mengenai salah satu daerah kesalahan berbahasa seperti yang diungkapkan oleh pateda diatas. Salah satu daerah kesalahan yang ingin kita analisis yaitu Daerah kesalahan Bidang Sintaksis (Kalimat).
B. Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas menjadi terarah dan menuju tujuan yang diinginkan diperlukan adanya perumusan masalah. Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang di maksud dengan kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis?
2. Bagaimanakah kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis berdasarkan jenis keterampilannya (menyimak, membaca, menulis dan membaca)?
C. Tujuan
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari bahasan utamanya, maka dirumuskan tujuan dari penelitian ini.
1. Mendeskripsikan mengenai pengertian dari Analisis Kesalahan dalam bidang Sintaksis.
2. menjelaskan Analisis kesalahan Berbahasa dalam Bidang Sintaksis berdasarkan jenis keterampilannya (menyimak, membaca, menulis dan membaca)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Sintaksis
Menurut Sofa (2008) bahwa Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis Grafura : 2008). Bidang tata kalimat menyangkut urutan kata dan frase dikaitkan dengan hukum-hukumnya (DM, MD) (Maharsiwi : 2009). Untuk keperluan itu semua perlu adanya deskripsi yang jelas antara bahasa Bl dan B2. Di sisi yang lain Samsuri dalam Maharsiwi (2009) mengungkapkan bahwa dalam berbahasa mengucapkan kalimat-kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik, kita harus dapat menyusun kalimat yang baik. Untuk dapat menyusun kalimat yang baik, kita harus menguasai kaidah tata kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata kalimat menduduki posisi penting dalam ilmu bahasa.
Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap (Werdiningsih, 2006:77-79) dalam (Budi Santoso). Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat. (Werdiningsih, 2006:78) dalam (Budi Santoso) mengungkapkan bahwa sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana diinginkan.
Menurut Arifin (2001: 116) sebuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide sebuah kalimat dapt dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit). Di samping unsur eksplisit kalimat harus dirakit secara logis dan teratur.
Pateda (1989 : 58) menyatakan bahwa kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan logika kalimat.
B. Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis berdasarkan jenis keterampilannya (menyimak, membaca, menulis dan membaca)
Menurut Sungkar Kartopati (2010) dalam pembelajaran bidang sintaksis terdapat 4 aspek yang berhubungan dengan analisis kesalahn berbahasa, yaitu :
1. Pembelajaran Sintaksis dalam mendengarkan
Kalimat merupakan satuan kata yang mengandung gagasan yang menjadi pokok yang didengar. Dari kegiatan mendengarkan tersebut respon atau tanggapan yang diharapkan dapat berupa aspek keterampilan yang bersifat produktif misalnya menulis atau berbicara. Dalam kegiatan atau sesuatu yang didengar tersebut diharapkan si pendengar dapat menyimpulkan sesuatu yang didengar dalam kalimat yang benar pula. Sebagai contoh dalam sebuah Tujuan Pembelajaran dijelaskan bahwa hasil yang diharapkan adalah siswa mampu menyimpulkan isi berita dari bahan dengaran ke dalam beberapa kalimat dan menuliskan kembali berita yang dari bahan dengaran dalam beberapa kalimat.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut siswa tentu saja harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kalimat dan unsur-unsur pembentuknya. Bagaimana membuat kalimat yang efektif dan mudah dipahami oleh orang lain. Untuk mengajarkan kalimat kepada siswa guru dapat menggunakan menggunakan metode-metode yang komunikatif dan melibatkan siswa secara langsung dalam membuat atau menganalisis kalimat.
2. Pembelajaran Sintaksis dalam Berbicara
Kecermatan dalam menyusun kalimat merupakan syarat bagi siswa ketika berbicara agar gagasan atau ide yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh pendengar dengan baik. Pengetahuan tentang seluk beluk kalimat, baik jenis kalimat maupun keefektifan dalam menyusun sebuah kalimat sangatlah perlu. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas yang menanyakan apakah A menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam kalimat menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya menyangkut persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi juga menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.
Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Contoh kasus seoarang guru yang sedang menasihati siswa dapat disusun ke dalam bentuk kalimat pasif juga aktif. Kalimat guru menasehati siswa menempatkan guru sebagai subjek. Dengan menempatkan guru di awal kalimat, memberi klarifikasi atas kesalahan siswa. Sebaliknya kalimat siswa dinasehati guru, guru ditempatkan tersembunyi. Makna yang muncul dari susunan kalimat ini berbeda karena posisi sentral dalam kedua kalimat ini adalah guru. Struktur kalimat bisa dibuat aktif atau pasif, tetapi umumnya pokok yang dianggap penting selalu ditempatkan diawal kalimat.
3. Pembelajaran Sintaksis dalam Membaca
Sintaksis merupakan tataran gramatikal sesudah morfologi. Untuk Kalimat-kalimat yang dirangkai hingga membentuk wacana harus dapat dipahami oleh siswa sehingga siswa dapat memahami sebuah tulisan melalui kegiatan membaca. Oleh karena itu, pengetahuan tentang kalimat perlu diberikan kepada siswa, melalui keterampilan bahasa lainnya.
4. Pembelajaran Sintaksis dalam Menulis
Sintaksis atau tata kalimat yang mewajibkan siswa untuk dapat menyusun kalimat secara efektif dan mudah dipahami. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa seringkali mengalami kesulitan dalam membuat kalimat sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan gagasan yang ingin disampaikan tidak dapat dipahami oleh pembaca. Sebagai contoh seorang guru meminta murid membuat kalimat dengan kata hasil. Siswa membuatnya menjadi Hasil dari pada pembangunan harus kita nikmati, secara langsung guru pasti akan melihat pada kesalahan penggunaan kata daripada. Sintaksis dalam pembelajaran menulis dapat dikemas dalam berbagai teknik pembelajaran yang menarik, misalnya dengan menulis berantai, yaitu guru memberikan satu kalimat pembuka dan siswa diminta untuk melanjutkan kalimat tersebut, selain itu untuk menulis cerita guru dapat meminta siswa membuat paragraf pembuka atau penutup. Dengan demikian siswa akan tertarik untuk menulis.
5. Berbagai contoh kalimat yang salah serta analisisnya
 “Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri”
Membaca kalimat diatas pasti kita mengatakan bahwa kalimat itu salah. Kalimat tersebut berbunyi “ Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri “. Poerwadarminta (1976:367) dalam Pateda (1989 : 60) menyatakan bahwa kata “ialah” bermakna “yaitu”, dan kata “yaitu” bermakna “ialah”. Dengan demikian kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi :
“Kesalahan orang itu ialah mencuri”
“Kesalahan orang itu yaitu mencuri”
 “ Para sodara jamaah pengajian sekalian yang kita hormati,….. Kita bersyukur kepada para pelantara agama yang mana pada beliau-beliau itu begitu gigih memperjuangkan agama….”
Kita lihat kesalahan yang sering kita jumpai ini adalah kerancuan atau gejala pleonasme dalam penjamakan. Kata / para / yang sudah menunjukkan lebih dari satu sering digabungkan dengan kata / sekalian / atau diulang misalnya / para pengurus-pengurus, para bapak-bapak, dan sebagainya yang sudah sama-sama bermakna banyak. Demikian pula akhiran asing /-in / pada kata hadirin, ini juga sudah menandakan banyak. Kesalahan serupa sering kita simak misalnya pada saat ada pertunjukkan hiburan di lapangan, pembawa acara menyambut penampilan penyanyi idola mereka dengan ucapan “ Baiklah para hadirin sekalian, kita sambut penyanyi kesayangan kita…..” Bentuk yang benar adalah para hadir ( tetapi kurang baik, kurang lazim ), sehingga bentuk yang baik dan benar adalah cukup hadirin atau ditambah dengan kata sifat yang berbahagia. Dalam pengajian bisa menggunakan sapaan Hadirin yang berbahagia, Bapak/ Ibu sekalian, Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian yang saya hormati, Saudara-saudara yang berbahagia, Para Saudara jamaah pengajian yang berbahagia atau yang mengharap rida Allah, yang dimulyakan Allah, dan sebagainya. Bentuk sapaan sodara dalam pengucapan memang alih-alih menjadi bunyi / o /, padahal dalam penulisan dan juga pelafalan yang tepat adalah saudara ( secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yakni / sa / yang berarti satu dan / udara / yang berarti perut, jadi artinya adalah satu perut atau berasal dari satu perut ibu seperti kakak, adik. Lama-kelamaan kata itu meluas penggunaanya. Demikian pula kata / ibu /, / bapak / yang dialamatkan hanya pada lingkungan keluarga saja (Inta Sahrudin : 2008)














BAB III
KESIMPULAN

Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap. Sbuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide sebuah kalimat dapt dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit).
Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis berdasarkan jenis keterampilannya yaitu sebagai berikut: Pembelajaran Sintaksis dalam mendengarkan, pembelajaran sintaksis membaca, pembelajaran sintaksis berbicara, dan pembelajaran sintaksis dalam menulis.
“Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri”
Membaca kalimat diatas pasti kita mengatakan bahwa kalimat itu salah. Kalimat tersebut berbunyi “ Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri “. Poerwadarminta (1976:367) dalam Pateda (1989 : 60) menyatakan bahwa kata “ialah” bermakna “yaitu”, dan kata “yaitu” bermakna “ialah”. Dengan demikian kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi :
“Kesalahan orang itu ialah mencuri”
“Kesalahan orang itu yaitu mencuri”






Daftar Pustaka

Hastuti, SRI. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: PT Mitra Gama Widya.
Inta Sahrudin. 2008. Analisis Kesalahan Berbahasa. http://www.inta.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010.
Khairul Matien. Bahan Ajar Analisis Kesalahan Berbahasa.
http://www.media.diknas.go.id. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010.
Lubis Grafura. 2008. Anakon II. http://lubisgrafura.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010
Mansoer Pateda. 1989. Analisis Kesalahan. Nusa Indah
Maharsiwi widyaningrum. 2009. Analisis Kesalahan Bahasa Bab 2. http://materitutorbahasaindonesiapendasut.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010.
Sofa. 2009. Analisis Kesalahan Ejaan Bahasa Indonesia Ragam Media dalam Surat Kabar Harian Radar Tarakan Bab 2. http://massofa.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010.
Budi Santoso. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Nonbahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang. http://www.infodiknas.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010.
Sungkar Kartopati. 2010. Pembelajaran Bahasa dan Empat Keterampilan Berbahasa. http://suksesbersamasukarto.blogspot.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2010.

Minggu, 06 Maret 2011

MATA PISAU DAN PAGI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya, sehingga kreatifitas sastra harus mampu melahirkan kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, 1988: 8). Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni dan ada lagi yang menyebut sebagai suatu karya, fiksi, puisi, drama, cerpen, dan lain-lain. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3).
Ratna (2004: 60) menyatakan bahwa pada dasarnya antara sastra dengan masyarakat terdapat hubungan yang hakiki. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh (a) karya sastra oleh pengarang, (b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat dan, (d) hasil karya itu dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Puisi sebagai salah satu jenis sastra yang merupakan pernyataan sastra yang paling inti. Segala unsur seni kesastraan mengental dalam puisi. Oleh karena itu puisi daru dahulu hingga sekarangpernyataan seni sastra yang paling baku. Membaca merupakan sebuah kenikmatan yang khusus, bahkan merupakan puncah kenikmatan seni sastra. Oleh karena itu sastra dari dahulu hingga sekarang puisi selalu diciptakan orang dan selalu dibaca , dideklamasikan untuk lebih merasakan kenikmatan seninya dan nilai kejiwaannya yang tinggi. Dari dahulu hingga sekarang, puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat. Karena kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu selalu meninggkat, maka, corak sikap, dan bentuk puisipun selalu berubah, mengikuti perkambangan selera, konsep estetik yang selalu berubah, dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat.

B. Perumusan Masalah
Dari penelitian terapat beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa makna yang terkandung dalam puisi MATA PISAU dan PAGI?
2. Struktur apa yang digunakan dalam puisi MATA PISAU dan PAGI?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan makna apa yang terkandung dalam puisi MATA PISAU dan PAGI.
2. Untuk mengetahui cara menganalisis struktur yang digunakan dalam puisi MATA PISAU dan PAGI.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter menurut Tarigan (dalam Ahmad: 2008) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Herman J. Waluyo (dalam Kasandika: 2008) mendefinisikan bahwa Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Membaca puisi pada dasarnya merupakan usaha melakukan kontak lahir batin dengan puisi tersebut. Pembaca puisi perlu bergulat dengan segala kemampuan, pikiran, pengalaman dan perasaan terhadap puisi yang dibaca agar dapat menangkap segala makna dalam puisi. Mengapa hal tersebut diperlukan? Karena banyak puisi yang bersifat "menyembunyikan makna" dibalik baris-baris kata dan bait.
Dari sudut pandang bahasa, secara konvensional bahasa memiliki konsep Dwi-Tunggal: bentuk dan arti. Kata tertentu memiliki arti tertentu secara harfiah. Namun kata-kata yang digunakan pada puisi mengandung arti "tambahan" dengan memanipulasi bahasa dan memanfaatkan potensi yang ada pada bahasa. Kata-kata didalam puisi dapat membawa arti yang "ambiguous" dan dapat terjadi multiinterpretasi pada puisi yang sama (puisi dapat diinterpretasikan lebih dari satumacam). Menganalisis puisi berarti berusaha mengambil atau menemukan arti biasa maupun arti "tambahan" yang dikandung puisi tersebut. Disamping memahami arti atau makna puisi, kegiatan analisis juga berusaha untuk melihat struktur/ unsur-unsur puisi.
2. Unsur-unsur Puisi
Unsur-unsur puisi menurut Praba (2003) adalah segala sesuatu yang berperan membentuk/ membangun puisi menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur puisi dapat terdiri dari: bunyi, imaji, kiasan, tipografi, diksi, baris, bait, manipulasi tatabahasa dan lain-lain
Pendekatan struktur puisi agar dapat memahami puisi dengan baik, kita dapat berpegang pada prinsip berikut: Makna unsur-unsur puisi membentuk makna keseluruhan puisi. Makna unsur-unsur puisi dicari dengan terlebih dahulu mengandaikan makna keseluruhan puisi. Keberadaan suatu unsur puisi ditentukan oleh adanya unsur lainnya. Oleh karena itu, seluruh unsur-unsur puisi tidak membentuk makna sendiri-sendiri secara lepas tetapi secara bersama membentuk makna keseluruhan puisi. Maka puisi dikatakan sebagai karya sastra yang "koheren" dimana setiap unsurnya saling terkait dan saling menentukan dalam membentuk makna keseluruhan puisi. Oleh karena itu, selalu baca puisi secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong (Praba: 2003).
Secara garis besar puisi memiliki struktur, baik struktur fisik maupun batin. struktur fisik dan struktur batin puisi sebagai berikut.
1. Menurut Pradopo (2007), Struktur fisik puisi meliputi:
1) Diksi
2) Pencitraan
3) Kata konkret
4) Majas
5) Bunyi yang menghasilkan rima dan ritma

2. Menurut Pradopo (2007), Struktur batin puisi meliputi:
1) Perasaan
2) Tema
3) Nada
4) Amanat
3. Teori Semiotik
Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda. Semiotik mengacu pada dua istilah kunci, yaitu penanda atau ‘yang menandai’ (signifier) dan petanda atau ‘yang ditanda’ (signified). Penanda adalah imaji bunyi yang bersifat psikis, sedangkan petanda adalah konsep. Adapun hubungan antara imaji dan konsep itulah yang disebut tanda (Ali Imron, 2009: 146).
Peirce (dalam Ali Imron, 2009: 146) membedakan tiga kelompok tanda, yaitu: (1) Ikon (ikon) adalah suatu tanda yang menggunakan kesamaan dengan apa yang dimaksudkannya, misalny kesamaan peta dengan wilayah geografis yang digambarkannya. (2) Indeks (index) adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan kausal dengan apa yang diwakilinya, misalnya asap merupakan tanda adanya api. (3) Simbol (syombol) adalah hubungan atara hal atau suatu (item) penanda dengan item yang ditandainya yang sudah menjadi konvensi masyarakat. Misalnya janur kuning merupakan tanda ada pernikahan sepasang manusia.










BAB III
HASIL ANALISIS

A. MATA PISAU
Karya: Sapardi Djoko Darmono

Mata pisau itu tak berkejap menatapmu;
Kau yang baru saja mengasahnya
Berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
Yang tersedia di atas meja
Sehabis makan malam;
Ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
1. ANALISIS
a. Parafrase
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)

Mata pisau itu / tak berkejap menatapmu;//
(sehingga) kau yang baru saja mengasahnya /
berpikir : // (bahwa) ia (pisau itu) tajam untuk mengiris apel /
yang (sudah) tersedia di atas meja /
(Hal) (itu) (akan) (kau) (lakukan) sehabis makan malam //
ia (pisau itu) berkilat / ketika terbayang olehnya urat lehermu //
b. Makna dan Konotasi puisi
pisau : sesuatu yang memiliki dua sisi, bisa dimanfaatkan
untuk hal-hal yang positif, bisa pula disalahgunakan sehingga menghasilkan sesuatu yang buruk, jahat, dan mengerikan.
apel : sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Terbayang olehnya urat lehermu : Sesuatu yang mengerikan.

c. Menceritakan Kembali Puisi
Seseorang terobsesi oleh kilauan mata pisau. Ia bermaksud akan menggunakannya nanti malam untuk mengiris apel. Sayang, sebelum hal itu terlaksana, tiba-tiba terlintas bayangan yang mengerikan. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa jadinya jika mata pisau itu dipakai untuk mengiris urat leher!
Dari pemahaman terhadap isi puisi tersebut, pembaca disadarkan bahwa tajamnya pisau memang dapat digunakan untuk sesuatu yang positif (contohnya mengiris apel), namun dapat juga dimanfaatkan untuk hal yang negatif dan mengerikan (digambarkan mengiris urat leher).
d. Unsur Intrinsik
1) Tema
Gagasan utama penulis yang dituangkan dalam karangannya
Sesuatu hal dapat digunakan untuk kebaikan (bersifat positif), tetapi sering juga disalahgunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif. Contoh : anggota tubuh, kecerdasan, ilmu dan teknologi, kekuasaan dll.
2) Amanat
Pesan moral yang ingin disampaikan penulis melalui karangannya Hendaknya kita memanfaatkan segala hal yang kita miliki untuk tujuan positif supaya hidup kita punya makna
3) Nada
Tone yang dipakai penulis dalam mengungkapkan pokok pikiran.
Nada puisi “Mata Pisau” cenderung datar, tidak nampak luapan emosi penyairnya.
4) Filling
Perasaan/sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisi.


B. PAGI
Karya: Sapardi Djoko Darmono

Ketika anginnya pagi tiba kita seketika tak ada
Di mana saja bayang-bayang gema
Cinta kita
Yang semalam sibuk menerka-nerka

Diantara meja, kursi dan jendela? kamar
Berkabut setiap kita berada,
Jam-jam terdiam
Sampai kita gaib begitu saja. Ketika angin

Pagi tak terdengar “Di mana kita?-
Masing-masing mulai kembali berkelana
Cinta yang menyusur jejak cinta
Yang pada kita tak habis-habisnya menerka

1. Analisis Puisi
a. Membuat atau menafsirkan berdasarkan lariknya atau parafrase
Dimana saja angin pagi tiba kita seketika tak ada
Dimana saja bayang bayang gema cinta kita sibuk menerka
Diantara meja,kursi,dan jendela
Kamar berkabut saat kita berada
Jam terdiam sampai gaib begitu saja
Ketika angin pagi tiba tak terdengar
Masing-masing kembali berkelana
Menyusuri jejak cinta
Yang pada kita tak habis-habisnya menerka

b. Makna dan Konotasi Puisi
1) Makana
• Pagi : bagian awal dari hari.
• Pagi : waktu setelah matahari terbit hingga menjelang siang hari
Dari proyeksi kata pagi diatas menarik satu hipotesis yang berbunyi “bahwa kata pagi mengandung makna sesuatu yang muncul setiap hari”.
2) Menafsirkan makna simbolik
• Pagi tiba : harri berawal kembali
• Bayang-bayang : sesuatu yang tak nyata
• Menerka-nerka : mrlakukan sesuatu
• Berkabut : tersaput kabut atau tidak nyata
• Gaib : tidak kelihatan
• Jejak : bekas
• Gema :bunyi atau suara yang memantul
• Kelana : megadakan perjalanan tampa tujuan
3) Memberi gambaran secara umum puisi yang berjudul pagi
Di dalam puisi ini penyair menggambarkan seseorang yang menjalin cinta .dimana mereka berada cinta selalu membayangi mereka. Setiap malam sibuk menerka-nerka.ketika pagi tiba mereka mulai berkelana menyusuri jejak cinta yang selalu menerka.
c. Unsur Intrinsik
1) pembuktian kebenaran dari langkah-langkah sebelumnya
• Kata yang termasuk lambang

-ketika -pagi
-kita -yang
-meja -setiap
-jendela -kembali
-kursi -mulai

• Kata yang termasuk simbol

-menerka
-gema
-berkelana
-gaib
-jejak

2) Mencari pokok pikiran
• Pokok pikiran 1
Dimana angin pagi tiba bayang-bayang gema cinta sibuk menerka.
• Pokok pikiran 2
Saat kita tidak ada,meja kursi, dan jendela kamar berkabut jam dinding sampai gaib begitu saja.
• Pokok pikiran 3
Ketika angin pagi tak terdengar mereka kembali berkelana menyusuri jejak cinta yang selalu menerka.
3) Melihat sikap penyair terhadap pokok pikiran
Di dalam puisi ini sikap penyair terhadap pokok pikiran adalah terlihat pada alenia terakir yaitu penyair mempunyai satu sikap yaitu tidak pantang menyerah.
4) Melihat sikap penyair terhadap pembaca
Sikap penyair dalam puisi ini adalah penyair mempunyai sikap masa bodoh terhadap pembaca.
5) Amanat
Pesan moral yang akan disampaikan oleh seorang penyair dalam puisi ini yaitu bahwa cinta dan pagi datangnya secara tiba-tiba tanpa kita sadari. Ketika cinta datang tanpa kita sadari kita merasakan getaran cinta desetiap waktu. Ketika pagi datang disaat kita tidur, disaat kita bangun pagi hari sudah menyambut. Artinya segala sesuatu adalah dibawah kekuasaan yang Maha Kuasa.
6) Menentukan tema puisi
Tema puisi yang berjudul pagi ini adalah hanya dengan semangat seseorang bisa menyusur jejak cinta.

BAB IV
PENUTUP
Seseorang terobsesi oleh kilauan Mata Pisau. Ia bermaksud akan menggunakannya nanti malam untuk mengiris apel. Sayang, sebelum hal itu terlaksana, tiba-tiba terlintas bayangan yang mengerikan. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa jadinya jika mata pisau itu dipakai untuk mengiris urat leher!
Dari pemahaman terhadap isi puisi tersebut, pembaca disadarkan bahwa tajamnya pisau memang dapat digunakan untuk sesuatu yang positif (contohnya mengiris apel), namun dapat juga dimanfaatkan untuk hal yang negatif dan mengerikan (digambarkan mengiris urat leher).
Dari proyeksi kata pagi diatas menarik satu hipotesis yang berbunyi “bahwa kata pagi mengandung makna sesuatu yang muncul setiap hari”. Di dalam puisi ini penyair menggambarkan seseorang yang menjalin cinta .dimana mereka berada cinta selalu membayangi mereka .setiap malam sibuk menerka-nerka.ketika pagi tiba mereka mulai berkelana menyusuri jejak cinta yang selalu menerka.