Minggu, 06 Maret 2011

MATA PISAU DAN PAGI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya, sehingga kreatifitas sastra harus mampu melahirkan kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, 1988: 8). Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni dan ada lagi yang menyebut sebagai suatu karya, fiksi, puisi, drama, cerpen, dan lain-lain. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3).
Ratna (2004: 60) menyatakan bahwa pada dasarnya antara sastra dengan masyarakat terdapat hubungan yang hakiki. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh (a) karya sastra oleh pengarang, (b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat dan, (d) hasil karya itu dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Puisi sebagai salah satu jenis sastra yang merupakan pernyataan sastra yang paling inti. Segala unsur seni kesastraan mengental dalam puisi. Oleh karena itu puisi daru dahulu hingga sekarangpernyataan seni sastra yang paling baku. Membaca merupakan sebuah kenikmatan yang khusus, bahkan merupakan puncah kenikmatan seni sastra. Oleh karena itu sastra dari dahulu hingga sekarang puisi selalu diciptakan orang dan selalu dibaca , dideklamasikan untuk lebih merasakan kenikmatan seninya dan nilai kejiwaannya yang tinggi. Dari dahulu hingga sekarang, puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat. Karena kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu selalu meninggkat, maka, corak sikap, dan bentuk puisipun selalu berubah, mengikuti perkambangan selera, konsep estetik yang selalu berubah, dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat.

B. Perumusan Masalah
Dari penelitian terapat beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa makna yang terkandung dalam puisi MATA PISAU dan PAGI?
2. Struktur apa yang digunakan dalam puisi MATA PISAU dan PAGI?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan makna apa yang terkandung dalam puisi MATA PISAU dan PAGI.
2. Untuk mengetahui cara menganalisis struktur yang digunakan dalam puisi MATA PISAU dan PAGI.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter menurut Tarigan (dalam Ahmad: 2008) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Herman J. Waluyo (dalam Kasandika: 2008) mendefinisikan bahwa Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Membaca puisi pada dasarnya merupakan usaha melakukan kontak lahir batin dengan puisi tersebut. Pembaca puisi perlu bergulat dengan segala kemampuan, pikiran, pengalaman dan perasaan terhadap puisi yang dibaca agar dapat menangkap segala makna dalam puisi. Mengapa hal tersebut diperlukan? Karena banyak puisi yang bersifat "menyembunyikan makna" dibalik baris-baris kata dan bait.
Dari sudut pandang bahasa, secara konvensional bahasa memiliki konsep Dwi-Tunggal: bentuk dan arti. Kata tertentu memiliki arti tertentu secara harfiah. Namun kata-kata yang digunakan pada puisi mengandung arti "tambahan" dengan memanipulasi bahasa dan memanfaatkan potensi yang ada pada bahasa. Kata-kata didalam puisi dapat membawa arti yang "ambiguous" dan dapat terjadi multiinterpretasi pada puisi yang sama (puisi dapat diinterpretasikan lebih dari satumacam). Menganalisis puisi berarti berusaha mengambil atau menemukan arti biasa maupun arti "tambahan" yang dikandung puisi tersebut. Disamping memahami arti atau makna puisi, kegiatan analisis juga berusaha untuk melihat struktur/ unsur-unsur puisi.
2. Unsur-unsur Puisi
Unsur-unsur puisi menurut Praba (2003) adalah segala sesuatu yang berperan membentuk/ membangun puisi menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur puisi dapat terdiri dari: bunyi, imaji, kiasan, tipografi, diksi, baris, bait, manipulasi tatabahasa dan lain-lain
Pendekatan struktur puisi agar dapat memahami puisi dengan baik, kita dapat berpegang pada prinsip berikut: Makna unsur-unsur puisi membentuk makna keseluruhan puisi. Makna unsur-unsur puisi dicari dengan terlebih dahulu mengandaikan makna keseluruhan puisi. Keberadaan suatu unsur puisi ditentukan oleh adanya unsur lainnya. Oleh karena itu, seluruh unsur-unsur puisi tidak membentuk makna sendiri-sendiri secara lepas tetapi secara bersama membentuk makna keseluruhan puisi. Maka puisi dikatakan sebagai karya sastra yang "koheren" dimana setiap unsurnya saling terkait dan saling menentukan dalam membentuk makna keseluruhan puisi. Oleh karena itu, selalu baca puisi secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong (Praba: 2003).
Secara garis besar puisi memiliki struktur, baik struktur fisik maupun batin. struktur fisik dan struktur batin puisi sebagai berikut.
1. Menurut Pradopo (2007), Struktur fisik puisi meliputi:
1) Diksi
2) Pencitraan
3) Kata konkret
4) Majas
5) Bunyi yang menghasilkan rima dan ritma

2. Menurut Pradopo (2007), Struktur batin puisi meliputi:
1) Perasaan
2) Tema
3) Nada
4) Amanat
3. Teori Semiotik
Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda. Semiotik mengacu pada dua istilah kunci, yaitu penanda atau ‘yang menandai’ (signifier) dan petanda atau ‘yang ditanda’ (signified). Penanda adalah imaji bunyi yang bersifat psikis, sedangkan petanda adalah konsep. Adapun hubungan antara imaji dan konsep itulah yang disebut tanda (Ali Imron, 2009: 146).
Peirce (dalam Ali Imron, 2009: 146) membedakan tiga kelompok tanda, yaitu: (1) Ikon (ikon) adalah suatu tanda yang menggunakan kesamaan dengan apa yang dimaksudkannya, misalny kesamaan peta dengan wilayah geografis yang digambarkannya. (2) Indeks (index) adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan kausal dengan apa yang diwakilinya, misalnya asap merupakan tanda adanya api. (3) Simbol (syombol) adalah hubungan atara hal atau suatu (item) penanda dengan item yang ditandainya yang sudah menjadi konvensi masyarakat. Misalnya janur kuning merupakan tanda ada pernikahan sepasang manusia.










BAB III
HASIL ANALISIS

A. MATA PISAU
Karya: Sapardi Djoko Darmono

Mata pisau itu tak berkejap menatapmu;
Kau yang baru saja mengasahnya
Berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
Yang tersedia di atas meja
Sehabis makan malam;
Ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
1. ANALISIS
a. Parafrase
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)

Mata pisau itu / tak berkejap menatapmu;//
(sehingga) kau yang baru saja mengasahnya /
berpikir : // (bahwa) ia (pisau itu) tajam untuk mengiris apel /
yang (sudah) tersedia di atas meja /
(Hal) (itu) (akan) (kau) (lakukan) sehabis makan malam //
ia (pisau itu) berkilat / ketika terbayang olehnya urat lehermu //
b. Makna dan Konotasi puisi
pisau : sesuatu yang memiliki dua sisi, bisa dimanfaatkan
untuk hal-hal yang positif, bisa pula disalahgunakan sehingga menghasilkan sesuatu yang buruk, jahat, dan mengerikan.
apel : sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Terbayang olehnya urat lehermu : Sesuatu yang mengerikan.

c. Menceritakan Kembali Puisi
Seseorang terobsesi oleh kilauan mata pisau. Ia bermaksud akan menggunakannya nanti malam untuk mengiris apel. Sayang, sebelum hal itu terlaksana, tiba-tiba terlintas bayangan yang mengerikan. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa jadinya jika mata pisau itu dipakai untuk mengiris urat leher!
Dari pemahaman terhadap isi puisi tersebut, pembaca disadarkan bahwa tajamnya pisau memang dapat digunakan untuk sesuatu yang positif (contohnya mengiris apel), namun dapat juga dimanfaatkan untuk hal yang negatif dan mengerikan (digambarkan mengiris urat leher).
d. Unsur Intrinsik
1) Tema
Gagasan utama penulis yang dituangkan dalam karangannya
Sesuatu hal dapat digunakan untuk kebaikan (bersifat positif), tetapi sering juga disalahgunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif. Contoh : anggota tubuh, kecerdasan, ilmu dan teknologi, kekuasaan dll.
2) Amanat
Pesan moral yang ingin disampaikan penulis melalui karangannya Hendaknya kita memanfaatkan segala hal yang kita miliki untuk tujuan positif supaya hidup kita punya makna
3) Nada
Tone yang dipakai penulis dalam mengungkapkan pokok pikiran.
Nada puisi “Mata Pisau” cenderung datar, tidak nampak luapan emosi penyairnya.
4) Filling
Perasaan/sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisi.


B. PAGI
Karya: Sapardi Djoko Darmono

Ketika anginnya pagi tiba kita seketika tak ada
Di mana saja bayang-bayang gema
Cinta kita
Yang semalam sibuk menerka-nerka

Diantara meja, kursi dan jendela? kamar
Berkabut setiap kita berada,
Jam-jam terdiam
Sampai kita gaib begitu saja. Ketika angin

Pagi tak terdengar “Di mana kita?-
Masing-masing mulai kembali berkelana
Cinta yang menyusur jejak cinta
Yang pada kita tak habis-habisnya menerka

1. Analisis Puisi
a. Membuat atau menafsirkan berdasarkan lariknya atau parafrase
Dimana saja angin pagi tiba kita seketika tak ada
Dimana saja bayang bayang gema cinta kita sibuk menerka
Diantara meja,kursi,dan jendela
Kamar berkabut saat kita berada
Jam terdiam sampai gaib begitu saja
Ketika angin pagi tiba tak terdengar
Masing-masing kembali berkelana
Menyusuri jejak cinta
Yang pada kita tak habis-habisnya menerka

b. Makna dan Konotasi Puisi
1) Makana
• Pagi : bagian awal dari hari.
• Pagi : waktu setelah matahari terbit hingga menjelang siang hari
Dari proyeksi kata pagi diatas menarik satu hipotesis yang berbunyi “bahwa kata pagi mengandung makna sesuatu yang muncul setiap hari”.
2) Menafsirkan makna simbolik
• Pagi tiba : harri berawal kembali
• Bayang-bayang : sesuatu yang tak nyata
• Menerka-nerka : mrlakukan sesuatu
• Berkabut : tersaput kabut atau tidak nyata
• Gaib : tidak kelihatan
• Jejak : bekas
• Gema :bunyi atau suara yang memantul
• Kelana : megadakan perjalanan tampa tujuan
3) Memberi gambaran secara umum puisi yang berjudul pagi
Di dalam puisi ini penyair menggambarkan seseorang yang menjalin cinta .dimana mereka berada cinta selalu membayangi mereka. Setiap malam sibuk menerka-nerka.ketika pagi tiba mereka mulai berkelana menyusuri jejak cinta yang selalu menerka.
c. Unsur Intrinsik
1) pembuktian kebenaran dari langkah-langkah sebelumnya
• Kata yang termasuk lambang

-ketika -pagi
-kita -yang
-meja -setiap
-jendela -kembali
-kursi -mulai

• Kata yang termasuk simbol

-menerka
-gema
-berkelana
-gaib
-jejak

2) Mencari pokok pikiran
• Pokok pikiran 1
Dimana angin pagi tiba bayang-bayang gema cinta sibuk menerka.
• Pokok pikiran 2
Saat kita tidak ada,meja kursi, dan jendela kamar berkabut jam dinding sampai gaib begitu saja.
• Pokok pikiran 3
Ketika angin pagi tak terdengar mereka kembali berkelana menyusuri jejak cinta yang selalu menerka.
3) Melihat sikap penyair terhadap pokok pikiran
Di dalam puisi ini sikap penyair terhadap pokok pikiran adalah terlihat pada alenia terakir yaitu penyair mempunyai satu sikap yaitu tidak pantang menyerah.
4) Melihat sikap penyair terhadap pembaca
Sikap penyair dalam puisi ini adalah penyair mempunyai sikap masa bodoh terhadap pembaca.
5) Amanat
Pesan moral yang akan disampaikan oleh seorang penyair dalam puisi ini yaitu bahwa cinta dan pagi datangnya secara tiba-tiba tanpa kita sadari. Ketika cinta datang tanpa kita sadari kita merasakan getaran cinta desetiap waktu. Ketika pagi datang disaat kita tidur, disaat kita bangun pagi hari sudah menyambut. Artinya segala sesuatu adalah dibawah kekuasaan yang Maha Kuasa.
6) Menentukan tema puisi
Tema puisi yang berjudul pagi ini adalah hanya dengan semangat seseorang bisa menyusur jejak cinta.

BAB IV
PENUTUP
Seseorang terobsesi oleh kilauan Mata Pisau. Ia bermaksud akan menggunakannya nanti malam untuk mengiris apel. Sayang, sebelum hal itu terlaksana, tiba-tiba terlintas bayangan yang mengerikan. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa jadinya jika mata pisau itu dipakai untuk mengiris urat leher!
Dari pemahaman terhadap isi puisi tersebut, pembaca disadarkan bahwa tajamnya pisau memang dapat digunakan untuk sesuatu yang positif (contohnya mengiris apel), namun dapat juga dimanfaatkan untuk hal yang negatif dan mengerikan (digambarkan mengiris urat leher).
Dari proyeksi kata pagi diatas menarik satu hipotesis yang berbunyi “bahwa kata pagi mengandung makna sesuatu yang muncul setiap hari”. Di dalam puisi ini penyair menggambarkan seseorang yang menjalin cinta .dimana mereka berada cinta selalu membayangi mereka .setiap malam sibuk menerka-nerka.ketika pagi tiba mereka mulai berkelana menyusuri jejak cinta yang selalu menerka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar