Minggu, 06 Maret 2011

LELAKI SEPI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya, sehingga kreatifitas sastra harus mampu melahirkan kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, 1988: 8). Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni dan ada lagi yang menyebut sebagai suatu karya, fiksi, puisi, drama, cerpen, dan lain-lain. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3).
Ratna (2004: 60) menyatakan bahwa pada dasarnya antara sastra dengan masyarakat terdapat hubungan yang hakiki. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh (a) karya sastra oleh pengarang, (b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, (c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat dan, (d) hasil karya itu dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.
Tidak hanya itu, kiranya cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika cerpen itu dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Seperti halnya kami mencoba mengkaji cerpen berjudul Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono.

B. Rumusan Masaalah
Berdasarkan latarbelakang terdapat beberapa permasalahan, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana unsur intrinsik cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono dalam surat kabar harian kompas?
2. Nilai-nilai apa yang dapat diambil dari cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono dalam surat kabar harian kompas?
C. Tujuan
Agar penelitian ini terarah arus ada tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono.
2. Mendeskripsikan nilai-nilai yang dapat diambil dari cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono dalam surat kabar harian kompas

D. Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini yaitu :
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian berikutnya.
b. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang penelitian sastra yang mengangkat tentang nilai-nilai tercentu dalam sebuah cerpen.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau rujukan dan pengembangan dan pemecahan dalam cerpen tersebut.
b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada usaha pemecahan masalah, antara lain tentang pemahaman tentang pendidikan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Pengertian Cerpen
Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.
2. Hakikat Tema dan Karya Sastra
Sementara Sayuti (2000: 191), mengartikan tema sebagai makna yang dilepaskan atau makna yang ditemukan dalam suatu cerita. Tema merupakan implikasi yang penting bagi suatu cerita secara keseluruhan. Jika ditinjau dari kaitannya dengan pengalaman pengarang, tema merupakan sesuatu yang diciptakan pengarang sehubungan dengan pengalaman total yang dinyatakannya.

Mengenai tema ini, Nurgiyantoro (1998: 74) mengemukakan bahwa kehadirannya tidak bisa lepas dari unsur cerita yang lain. Tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam keterkaitannya dengan unsur cerita yang lainnya karena tema tidak mungkin disampaikan secara langsung.
3. Macam-Macam Tema
Tema dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria, yaitu berdasarkan penggolongan ditkhotomis yang terdiri dari tema tradisional dan nontradisional, berdasarkan tingkat pengalaman jiwa yang dikemukakan oleh shipley terdiri dari tema tingkat fisik, organil, sosial, egoik, tingkat divine, dan penggolongan dari tingkat keutamaannya terdiri dari tema mayor dan tema minor (Nurgiyantoro, 2000: 77-83)
Tema tingkat fisik atau jasmani merupakan tema cenderung berkaitan dengan keadaan jasmani manusia. Tema jenis ini berkaitan dengan kenyataan manusia yang terdiri dari molekul, zat, dan jasad. Salah satu contoh tema jenis ini adalah tema percintaan. Tema organik diartikan sebagai tema tentang moral karena kelompok tema ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia yang wujudnya tentang hubungan antarmanusia. Tema sosial meliputi hal-hal yang berbeda di luar masalah pribadi, misalnya politik, pendidikan, dan propaganda. Tema egoik merupakan tema yang menyangkut reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Tema ketuhanan atau divine merupakan tema yang berkaitan dengan kondisi dan situasi manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan (Sayuti, 2000: 193-194).
Tema mayor dapat diartikan sebagai makna pokok yang menjadi gagasan dasar umum sebuah karya. Lain halnya dengan tema mayor, minor merupakan makna cerita yang hadir pada bagian-bagian tertentu yang diidentifikasi sebagai makna bagian atau tambahan (Nurgiyantoto, 2000: 82-83).
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Dewi Budi Purwati (2002), yang berjudul Nilai-Nilai Akhlak dalam Cerpen-Cerpen Anak “Permata” Majalah Wanita Ummi Edisi 2002. Hasil penelitian ini yaitu wujud nilai akhlak ditinjau dari hubungan terhadap sesama (50,23%), diri sendiri (33,33%), Tuhan (15, 47%), dan lingkungan (0,97%). Jenis wujud nilai akhlak adalah akhlak mahmudah (baik) sebanyak 176 dan mazmumah (jelek) sebanyak 31. Teknik penyampaian yang digunakan adalah teknik langsung dan tidak langsung, yang lebih dominan penggunaannya adalah teknik tidak langsung.




BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Sinopsis Cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono
Namanya tidah terlalu penting, engkau bebas memberi nama karena ini tidak berpengaruh. Yang jelas dia adalah lelaki yang tidak dapat membedakan antara cinta dan sepi. Ia meminta kekasihnya untuk selalu menemaninya. Ia tak bisa tidur tanpa dekapan kekasih disisihnya. Ia tak bisa tidur tanpa kekasihnya menyuapkan makana ke mulutnya. Ia tak bisa mandi tanpa kekasihnya menuangkan air hangat dan meniapkan handuk.
Lelaki itu ingin ditemani kekasihnya setiap malam, hingga menjelang pagi tiba, ia selalu ingin berada dalam rahim kekasihnya. Ia selalu berdoa keesokan harinya terbangun berada dalam rahim ibunya. Merasa nyaman berada dengan kekasihnya. Selamanya ingin dalam dekapan kekasihnya.
Ia laki-laki yang tidak dapat membedakan antara cinta dan sepi. Ia selalu menulis puisi cinta untuk kekasihnya. Ia berkata “selama aku mencintaimu aku akan selalu menulis puisi cinta untukmu. Namun wanita itu memang mencintainya. Cinta yang membuat wanita itu bertahan dengan itu semua. Dan cinta pullah yang membuat wanita itu meninggalkan laki-laki kita kini. Selau ada yang mesti dikorbankan atau iklas berkorban dalam cinta. Maka demikianlah wanita itu meninggalkan lelaki kita. Meninggalkan sendiri dalam sepi, meninggalkan sendiri untuk melawan sepi.
Dan pada sebuah malam kesekian yang senantiasa menyiksanya dengan kenangan ia melihat wajah bulan, wajah yang berbeda dengan wajah bilan pada malam-malam sebelumnya. Ia segera keluar menuju halaman dan sendirian sambil mendengak ke atas, ke arah bulan itu. Tapi bulan yang sempurna bundar mirip kekasihnya tak setiap hari bersinar. Pelan-pelan bulan akan mencekung menbentuk sabit untuk benar-benar hilang.
Namun bulan tak selalu purnama, ada putaran musim, aliran angin, ketinggian air laut, masa panen dan tanam, sampai waktu laku ilmu. Lelaki itu sungguh keras hati. Ia tak ingin lagi ditinggalkan kekasihnya. Ia ingin yang pertama menyambut ketika wajah kekasihnya itu bertahan sembul dan ingin menjadi yang terakhir mengucap kata jumpa. Namun langit tak hanya menimpan wajah indah kekasihnya yang hilang atau kilai cemerlang bintang-bintang, langit juga mempunyai mendung dan hujan, kilat, dan badai, matahari dan cahaya panas. Tak ada yang mampu menghentikan mereka menjalankan tugas. Lelaki itu tak juga beranjak. Telah lama ia memendam rindu. Hitunglah sendiri berapa lama ia tak berjua wajah kekasihnya.
Ia telah lama bertahan berhari-hari, berminggu-minggu. Ia hanya masuk rumah untuk makan dan minum dengan tegesa dan buru-buru kembali ke halaman ia melihat kekasih yang meninggalkan dulu telah menjelma menjadi bulan. Bulan yang senantiuasa ia nanti. Bulan itu begitu dekat dengannya bahkan menyatu dengan dirinya. Terletak di hatinya, bulan itu berkata “kalu kau mencintaiku, kau akan tau bahwa aku selalu menemanimu tanpa harus mendekat tidurmu, meniapkan air hangatmu atai mengangsurkan suapanmu. Kau akan tau bahwa aku selalu bersamamu sebam aku tinggal di hatimu dan senantiasa di sana. Aku tak pernah kemana-mana”.
Lelaki kita itu ingin bangun. Tapi tak bisa. Tubuhnya tak dapat bergerak. Maka ia putuskan untuk pergi tanpa tubuhnya. Pergi menuju hatinya yang menimpan bulan. Ia lihat tubuhnya telah begitu payah.
B. Tinjauan atas Unsur Intrinsik
1. Tema
Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan pasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan.
Tema atau pokok persoalan cerpen Lelaki Sepi, terletak pada seorang tokoh Lelaki dalam cerpen tersebut. Berikut gambaran tema Lelaki Sepi oleh seorang tokok Lelaki.

“Yang jelas, ia adalah lelaki yang tak dapat membedakan cinta dan sepi. Maka begitulah ia selalu senantiasa meminta kekasihnya untuk menemaninya. Ia tak bisa tidur tanpa ada dekap kekasihnya. Ia tak mampu menelan makanannya tanpa kekasihnya mengangsurkan suap. Ia tak sanggup mandi bila kekasihnya tak menuangkan air hangat dan meniapkan handuk. Ia tak dapat keluar rumah jika kekasihnya tak menjemput. Ia ingin senantiasa bersama kekasihnya. Setiap malam, sebelum benar-benar lelap dalam buaian kekasihnya, ................”.
Kemudian gambaran itu ditegaskan kembali, yaitu :
“Dan pada sebuah malam kesekian yang senantiasa meniksanya dengan kenangan, ia melihat wajah bulan. Wajag yang berbeda dengan wajah bulann dengan malam-malam sebelumnya. Wajah yang tegantung dilangit itu serupa benar dengan wajah kekasih yang meninggalkannya”.
Kemudian gambaran itu ditegaskan kembali, yaitu :
“Lelaki itu tak juga beranjak. Telah lama ia memendam rindu. Hitunglah sendiri berapa lama ia tak berjua wajah kekasihnya”.
Jika kita buat kesimpulan atas fakta-fakta di atas maka tema cerpen ini adalah seorang lelaki yang kesepian ditinggalkan kekasih hatinya dan kesepian dalam menanti bulan purnama yang telah ia anggap sebagai penganti kekasih yang telah meninggalkannya.
2. Amanat
Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono yaitu :
a. Kesetiaan seorang tokoh Lelaki dalam cerpen Lelaki Sepi.
“kalu kau mencintaiku, kau akan tau bahwa aku selalu menemanimu tanpa harus mendekat tidurmu, meniapkan air hangatmu atai mengangsurkan suapanmu. Kau akan tau bahwa aku selalu bersamamu sebam aku tinggal di hatimu dan senantiasa di sana. Aku tak pernah kemana-mana”.
Ucapan tokoh Lelaki itu jelas tegambar adanya kesetiaan yang mendalam kepada kekasihnya.
b. Jangan Sombong
“Ia menganggap telah sempurna mencintai kekasihnya dan berharap kekasihnya meklakukan hal serupa, mencintai dengan sempurna pula”.
Berdasarkan gambaran kutipan cerpen di atas, tokoh lelaki kita mempunyai sifat yang sombong, ia menganggap bahwa hanua dial ah yang paling sempurna mencintai kekasihnya.
c. Jangan Putus Asa dan Manja
Berikut ini gambaran atau kutipan cerpen dia tas.
“Maka kini lelaki kita sendirian. Merasa kesepian. Tak ada lagi yang membenarkan selimut yang mlorot ketika ia tidur. Taka ada yang yang mengambilkan nasi atau menjarang air buat mandinya. Tak ada senyum yang menemaninya menulis puisi, tak ada sorot lembut menatapnya. Tidak ada semua yang selama ini yang membuatnya kuat. Ia merasa payah, merasa tak sanggup lagi melangkah”.
Berdasarka potongan cerpen di atas, took lelaki kita ini, ia memiliki sifat yang suka mengeluh, putus asa, dan manja. Maka dapat disimpulkan marilah kita jangan meniru tokok lelaki kita itu.
d. Jangan keras kepala
“lelaki kita ini memang keras hati ini. Ia tak ingin ditinggal lagi kekasihnya. Ia ingin yang pertama menyambut ketika wajah kekasihnya itu berlahan sembul dan ingin menjadi yang terkhir mengucap sampai jumpa sewaktu kekasihnya beranjak redup”.
Tokoh yang diperankan olek Lelaki dalam cerpen Lelaki Sepi mencerminkan seorang yang keras kepala atau keras hati. Maka watak seperti itu adalah sifat yang tidak baik, ada segi posotif dan negatig tergantung pada situasi dan kondisi.

3. Latar
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.
a. Latar Tempat
Latar tempat dalam cerpen Lelaki Sepi terdapat di halaman dan rumah. Berikut gambaran latar tempat dalam cerpen Lelaki Sepi.
“Ia telah bertahan. Berhari-hari. Berminggu-minggu. Ia hany masuk ke rumah untuk makan dan minum dengan tergesa-gesa dan buru-buru kembali ke halaman.tapi tidak kali ini. Tiga malam dihajar badai, dan tiga hari digempur panas yang sangant. Ia merasa tubuhnya lemas dan panas. Pada malam keempat ia jatuh. Ia mengira tertidur. Ia seperti bermimpi”.
b. Latar Waktu
Latar waktu dalam cerpen Lelaki Sepi terjadi pada waktu malam dan siang hari. Berikut ini latar waktu yang terdapat dalam cerpen Lelaki Sepi.
“Tiga malam dihajar badai, dan tiga hari digempur panas yang sangant. Ia merasa tubuhnya lemas dan panas. Pada malam keempat ia jatuh. Ia mengira tertidur. Ia seperti bermimpi”.
Berikut gambaran latar waktu selanjutnya.
“Namun pada siang harinya matahari bersinar teramat cerah. Mendadak panas yang meniksa. Kejadian seperti ini terjadi ketika pada tengah bulan hitungan jawa”.
Gambaran latar waktu berikutnya.
“Namun langit cerah ketika pagi telah sepenggalan dan bulan tak laki terlihat”.

C. Nilai Psikologis
Cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono memiliki nilai-nilai yang terkandung. Nilai psikologis terdapat di dalam cerpen Lelaki Sepi ini. Berikut ini adalah gambaran nilai psikologis di dalam cerpen karya Dadang Ari Murtono.
“Dan pada sebuah malam kesekian yang senantiasa menyiksanya dengan kenangan ia melihat wajah bulan, wajah yang berbeda dengan wajah bilan pada malam-malam sebelumnya. Ia segera keluar menuju halaman dan sendirian sambil mendengak ke atas, ke arah bulan itu. Tiba-tiba lelaki kita ini ingin menulis sajak cinta lagi”.
Dari gambaran kutipan cerpen di atas mencerminkan tentang psikkollogis seorang tokoh Lelaki. Lelaki itu setelah di tinggal kekasihnya pergi, ia merasa kesepian dan tidah mempunyai semangan untuk menjalani hidup. Tetapi, ia sekarang telah menemukan kembali kekasih hatinya, yang memberikannya semangat untuk menulis sajak cinta. Kekasihnya sekarang yaitu bulan purnama yang mengingatkannya pada kekasih yang telah meninggalkannya.
D. Nilai Kepribadian
Di dalam cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono, dengan tokoh utama Lelaki memiliki nilai kepribadian. Berikut ini gambaran nilai kepribadian dalam cerpen Lelaki Sepi
“lelaki kita ini memang keras hati ini. Ia tak ingin ditinggal lagi kekasihnya. Ia ingin yang pertama menyambut ketika wajah kekasihnya itu berlahan sembul dan ingin menjadi yang terkhir mengucap sampai jumpa sewaktu kekasihnya beranjak redup”
Berdasarkan potongan cerpen Lelaki Sepi di atas mencerminkan seorang tokoh yang memiliki nilai kepribadian yang sangat ulet. Ia memiliki keyakinan dan pendirian yang sangat kuat dan ia teguh terhadap pendiriannya. Ia juga memiliki kepribadian yang sangat rajin dalam membuat sajak-sajak cinta. Buktinya sudah banyak karya yang sudah di ciptakannya terutama sajak cinta.

E. Nilai Religi
Di dalam cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono memiliki nilai sosial yang dapat diambil. Berikut ini gambaran tentang nilai religi seorang tokoh Lelaki.
“Ia juga sering berdoa, “bila aku tak dapat tinggal di rahimnya, izinkan aku menjadi sebait puisi yang ia sukai, yang ia hafal, yang sering ia lantunkan,. Aku ingin tinggal di lidahnya menjadi sesuatu yang ia sebut.” Ia menyangka tidak ada cara lebig tepat menunjukkannya selain melalui puisi”.
Berdasarkan penggalan cerpen di atas, lelaki kita ini mempunyai nilai religi yang sangat tinggi. Buktinya dia rajin berdoa memohon kepada yang kuasa.




BAB IV
PENUTUP
1. Tema
Pengarang yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan pasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan.Tema atau pokok persoalan cerpen Lelaki Sepi, terletak pada seorang tokoh Lelaki dalam cerpen tersebut. Berikut gambaran tema Lelaki Sepi oleh seorang tokok Lelaki.
2. Amanat
Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono yaitu :
a. Kesetiaan seorang tokoh Lelaki dalam cerpen Lelaki Sepi.
b. Jangan Sombong
c. Jangan Putus Asa dan Manja
d. Jangan keras kepala
3. Latar
c. Latar Tempat
d. Latar Waktu
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen yang berjudul Lelaki Sepi karya Dadang Ari Murtono yaitu :
a. Nilai Psikologis
b. Nilai Kepribadian
c. Nilai Religi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar